1.
Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya
sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan
seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar
difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan
kemuliaan bagi manusia yang tidak dapat ditandingi dengan kemuliaan apa
pun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan,
dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk
lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan seperti itu,
malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
2.
Taqarrub kepada Allah S.w.t, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah
melakukan ibadah-ibadah fardhu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah
fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara
orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah
sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah
sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah:
shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, sedekah sunnah dan
amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3.
Mengamalkan zikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melalui
lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap
Allah tergantung kepada kadar zikir kepadaNya. Zikir kepada Allah
merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai
Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza
wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua
bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.
4.
Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Mengutamakan
cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayangi
oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri.
Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh
mahluk. Inilah darjat para Nabi, di atas itu darjat para Rasul dan di
atasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah
darjat Rasulullah Muhammad S.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak
dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
5.
Kesinambungan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifah (mengenal) Allah
s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman
ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa
ma’rifah kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah
dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam, nescaya akan dicintai
Allah.
6.
Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan
menghantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat
dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu
pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan
mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan
mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak
mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita
semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara
lahir dan batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam
kepadaNya.
7.
Ketundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut
dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat
tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan menghantarkan kepada cinta
Allah yang hakiki.
8.
Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Bilakah itu? Iaitu saat
sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke langit
dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba
untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar
mendapatkan cinta Allah. Walaubagaimana pun sifat turunnya Allah S.w.t
itu TIDAK SAMA dengan turunnya makhluk dan ianya tidak boleh
dibincang-bincangkan bagaimana.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka ia pun akan mendapatkan cinta Allah S.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dengan Al-Khaliq, iaitu Allah subhanahu wataala.
Antara sebab-sebab untuk mendapatkan cinta dari Allah S.w.t ialah;
- Membaca Al-Qur’an dengan memikir dan memahami maknanya.
- Berusaha mendekatkan diri kepada Allah S.w.t dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
- Selalu mengingati Allah S.w.t , baik dengan lisan, hati mahupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
- Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah S.w.t daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
- Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
- Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir mahupun yang batin.
- Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
-
Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat
Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca
Al-Qur’an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah
di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
-
Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada
Allah dari para ulama dan da’i, mendengarkan dan mengambil nasihat
mereka serta tidak berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
- Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingati Allah Subhannahu wa Ta’ala .
Oleh : Imam Ibnu Qayyim AlJauziyyah
Sumber : http://hikmatun.wordpress.com/2010/08/29/cinta-kerana-allah-s-w-t-dan-tanda-tanda-bahawa-allah-cinta-kepada-seseorang-hamba/#more-3465