Kamis, 22 Maret 2012

10 kiat Meraih cinta Allah

1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak dapat ditandingi dengan kemuliaan apa pun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan seperti itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.

2. Taqarrub kepada Allah S.w.t, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardhu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3. Mengamalkan zikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allah tergantung kepada kadar zikir kepadaNya. Zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Mengutamakan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri.  Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah darjat para Nabi, di atas itu darjat para Rasul dan di atasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad S.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
5. Kesinambungan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifah (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifah kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam, nescaya akan dicintai Allah.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan menghantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.
7. Ketundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan sholat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan menghantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.
8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia turun. Bilakah itu? Iaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke langit dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan sholat malam agar mendapatkan cinta Allah.  Walaubagaimana pun sifat turunnya Allah S.w.t itu TIDAK SAMA dengan turunnya makhluk dan ianya tidak boleh dibincang-bincangkan bagaimana.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka ia pun akan mendapatkan cinta Allah S.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dengan Al-Khaliq, iaitu Allah subhanahu wataala.


Antara sebab-sebab untuk mendapatkan cinta dari Allah S.w.t ialah;

- Membaca Al-Qur’an dengan memikir dan memahami maknanya.
- Berusaha mendekatkan diri kepada Allah S.w.t  dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
- Selalu mengingati Allah S.w.t , baik dengan lisan, hati mahupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
- Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah S.w.t  daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
- Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
- Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir mahupun yang batin.
- Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
- Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur’an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
- Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da’i, mendengarkan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
- Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingati Allah Subhannahu wa Ta’ala .
Oleh : Imam Ibnu Qayyim AlJauziyyah
Sumber : http://hikmatun.wordpress.com/2010/08/29/cinta-kerana-allah-s-w-t-dan-tanda-tanda-bahawa-allah-cinta-kepada-seseorang-hamba/#more-3465

Keajaiban Matahari




Matahari adalah unit terbesar dari sistem tata surya kita. Matahari sangatlah panas dan mengandung gas yang selalu terbakar. Di permukaannya selalu terjadi ledakan bagaikan jutaan bom atom yang dijatuhkan tiap waktu. Ledakan ini menghasilkan lidah api raksasa yang ukurannya 40 atau 50 kali lebih besar dari bumi kita.

Matahari seperti bola api raksasa yang memberikan panas dan cahaya yang sangat besar dari permukaannya. Ruang angkasa, bagaimanapun, gelap gulita. Bumi kita adalah salah satu bagian yang indah dari kegelapan mutlak itu. Dan, tidak ada unit lain selain matahari di tata surya kita yang mampu menyinari dan menghangatkan bumi kita. Apabila bukan dari matahari, maka akan terjadi malam selama-lamanya, dan setiap daerah akan terselimuti es. Kehidupan dengan begitu akan mustahil, dan kita pun tidak akan ada.

Panas yang diberikan matahari akan sangat tinggi selama musim panas. Namun, matahari jaraknya jutaan kilometer dari bumi, dan hanya 0,2 persen dari panasnya yang benar-benar mencapai bumi. Sejak suhu di bumi bisa sangat tinggi, meskipun matahari letaknya begitu jauh, bagaimana dengan suhu matahari itu sendiri?

Temperatur di permukaan matahari adalah 6.000 derajat Celcius, dan 12 juta derajat Celsius di dalamnya.

Allah telah menciptakan jarak yang sempurna antara bumi dan matahari. Apabila jarak matahari lebih dekat dengan kita, maka semua yang ada di bumi akan menguap dan terbakar. Begitu juga, apabila jaraknya lebih jauh dari saat ini, maka semua daerah akan tertutupi es. Dengan begitu, tentu saja, kehidupan akan mustahil.

Daerah kutub, daerah yang mendapatkan panas paling sedikit dari matahari, secara permanen diselimuti oleh es, sedangkan daerah ekuator, yang mendapatkan lebih banyak panas, selalu panas. Namun, perbedaan suhu antara kutub dan ekuator ini yang menyebabkan terciptanya iklim moderat di bumi secara keseluruhan, dan iklim inilah yang menyokong terwujudnya kehidupan. Hal tersebut adalah salah satu tanda dari tidak terhitungnya bukti cinta Allah kepada manusia.

Bila matahari lebih besar atau lebih kecil, lebih jauh ataupun lebih dekat dengan bumi, maka sangat tidak mungkin terjadi kehidupan di planet kita.

Bagaimanapun juga, Allah menciptakan matahari, bumi dan sistem tata surya dengan sedemikian teraturnya agar kita dapat hidup dengan nyaman. Di ayat lain dalam Al-Qur’an tertera bagaimana matahari dan bulan selalu bergerak sesuai perintah Allah :

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintahNya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti.” (Q.S.An-Nahl (16):12)




Keajaiban Hujan

Keajaiban Hujan

Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.
Kadar Hujan
Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun,  kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat  hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”
Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap  Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”
Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat  hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”
Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

Orang Yahudi Tak Mampu Mengangkat Jenazahnya

Berita alam kubur pada pagi ini tentang sosok seorang ahli sufi bermazhab Cinta kepada ALlah SWT. Beliaulah salah satu teladan umat islam yang bernama Ma'ruf Al Kharqi.

Beliau banyak memiliki karomah yang snagat luar biasa hingga meninggal pun jenazahnya menolak ketika diangkat oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.


Ma'ruf Al Kharqi merupakan ulama sufi penggagas paham cinta dalam dunia tasawuf.
Beliau hidup pada jaman Khalifah Harun Al Rasyid dari Dinasti Abbasiyyah.
Nama lengkapnya adalah Abu Mahfudz Ma'ruf bin Firus Al Kharqi.

Ketika beliau wafat, banyak orang dari berbagai golongan datang bertakziyah, baik islam maupun non islam termasuk juga Yahudi dan Nasrani.
Sebelum meninggal Ma'ruf berpesan atau berwasiat sebagai berikut,
"Jika ada kaum yang dapat mengangkat peti matiku, berarti aku adalah salah satu diantara mereka."

Ketika itu jenazahnya banyak yang memperebutkan, dan orang Nasrani mencoba untuk mengangkat peti matinya, namun rupanya peti mati itu tidak bisa diangkat meski diangkat oleh banyak orang Nasrani.
Begitu pula kala orang Yaudi mengankat peti matinya, juga tak bisa terangkat.

Ada seorang muslim yang waktu itu menemukan surat wasiat dari Ma'ruf yang berisi tersbut di atas.
Karena ada wasiat tersebut, maka orang islam berusaha mengangkatnya.
Ternyata peti mati itu bisa terangkat dengan sangat mudah dan berhasil.
Kemudian mereka menyalatkan dan menguburkan jenazahnya.

CinTaH (Cinta, Takut dan Harap)

Ketiga kata yang disebutkan dalam judul di atas merupakan kata-kata yang diri kita, hati kita tidak akan lepas darinya. Baik ketika kita masih kecil, menjelang usia muda bahkan ketika kita tua. Namun terkadang kita salah mengartikan dan menyalurkan ketiga hal di atas dengan sesuatu yang terlarang dalam agama. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang selayaknya kita tahu ketiga hal di atas dengan benar, untuk itulah mari kita luangkan sejenak waktu kita untuk mempelajari sekelumit tentangnya. 

Makna Cinta
Ibnul Qoyyim rohimahullah menyebutkan dalam kitabnya Roudhotul Muhibbin[1]bahwa paling tidak ada sekitar 60 kata dalam bahasa arab yang digunakan untuk mengungkapkan makna cinta dan beliau menyebutkan 50 diantaranya. Demikian juga sebagaimana namanya cinta juga memilki berbagai macam tingkatan diantaranya[2], 
[1] Al Alaaqoh/hubungan, cinta disebut demikian karena adanya keterkaitan hati orang yang mencintai dan orang yang dicintai. 
[2] Shobaahah/kerinduan, cinta disebut demikian karena tertuangnya hati orang yang mencintai kepada orang yang dicintai. 
[3] Al Ghorom/cinta yang menyala-nyala, cinta disebut demikian karena rasa cinta yang menetap di dalam hati orang yang mencintai dan tidak terpisahkannya perasaan itu darinya. 
[4] Al ‘Isyqu/mabuk asmara, yaitu cinta yang berlebihan. 
[5] Asy Syauq/sangat rindu, yaitu berkelananya hati orang yang mencintai menuju sesuatu yang dicintai. 
[6] At Tatayyum/penghambaan, yaitu penghambaan orang yang mencintai terhadap yang dicintai. Tingkatan terakhir ini merupakan tingkatan kecintaan yang paling tinggi. Adapun mahabbah maka ia merupakan salah satu kata yang digunakan orang arab untuk mengungkapkan cinta yang artinya luapan dan gejolak hati saat dirundung keinginan bertemu dengan sang kekasih.

Cinta adalah Salah Satu Sebab Perbuatan dan Gerakan 
Cinta dan keinginan merupakan asal/sebab setiap perbuatan/amal dan gerakan di alam semesta ini, kedua hal itulah yang mengawali segala perbuatan dan gerakan sebagaimana benci dan rasa ketidaksukaan adalah asal/sebab yang mengawali seseorang untuk meninggalkan dan menahan diri dari sesuatu[3].  
Demikianlah cinta ia mampu membangkitkan jiwa, menggerakkan hati dan badan jika disebutkan sesuatu yang dicintainya walau yang disebutkan hanya nama sesuatu yang dicintainya tersebut karena rindu yang mendalam kepada yang dicintainya. Hal ini terlihat pada keadaan para pencinta wanita ketika disebutkan nama wanita yang dicintainya demikian pula pada para pencinta dunia dan lain-lain. 
Hal ini terlihat pula pada para pencinta Allah dan RosulNya ketika nama keduanya atau hal yang berhubungan dengan keduanya disebutkan pada saat dibacakan Al Qur’an. Namun ketahuilah para pembaca ’’yang semoga Allah merahmati kita semua’’ seluruh kecintaan di atas adalah cinta yang bathil kecuali kecintaan kepada Allah dan konsekwensi dari kecintaan kepadaNya yaitu cinta kepada Rosul, Al Qur’an dan para kekasih Allah dari orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Maka kecintaan yang demikianlah yang abadi dan abadi pula buahnya sesuai dengan abadinya ketergantungan orang tersebut kepada Allah. Keutamaan cinta ini atas kecintaan kepada yang lain sama dengan keutamaan orang yang bergantung kepada Allah atas orang yang bergantung kepada selainNya. Jika hubungan orang yang saling mencintai dan saling menggantungkan hati itu terputus maka terputus pulalah sebab-sebabnya sehingga yang abadi adalah kecintaan kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ

“Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala asbab antara mereka terputus sama sekali”. (QS. Al Baqoroh [2] : 166). 
Al Asbab (الْأَسْبَابُ) dalam ayat ini dimaknai oleh Ibnu Abbas sebagai kecintaan sebagaimana yang diriwayatkan melalui Atho’[4].

Cinta adalah Dasar, Kesempurnaan dan Kelengkapan dalam Ibadah
Ibnul Qoyyim rohimahullah menyebutkan bahwa dasar ibadah, kesempurnaan serta kelengkapannya adalah cinta. Karena itulah seorang hamba tidak boleh mempersekutukan Allah dalam kecintaan kepada selainNya[5].  
Bahkan dua kalimat yang seseorang tidak akan masuk islam kecuali dengannya yaitu dua kalimat syahadat tidaklah sah jika seseorang yang mengucapkannya kecuali dengan rasa cinta, artinya rasa cinta merupakan salah satu syarat diterima kalimat syahadat seseorang[6]. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (melebihi cinta orang musyrik kepada berhala mereka)”. (QS. Al Baqoroh [2] : 165). 
Bahkan hakikat peribadatan adalah menghinakan diri dan tunduk kepada yang dicintai. Dengan kata lain yang dinamakan hamba adalah orang yang dihinakan oleh rasa cinta dan ketundukan kepada sesuatu yang dicintai. Oleh karena itulah tingkatan yang paling mulia bagi seorang hamba adalah penghambaan kepada yang dicintainya. Lihatlah betapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut mahlukNya yang paling mulia dan paling dicintaiNya yaitu Rosulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam dengan sebutan hamba. Sebagaimana dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla ketika memperjalankan beliau untuk bertemu langsung dengan Allah di langit yang tidak ada satu Nabi dan Rosulpun yang Allah muliakan dengan hal itu,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya  agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Isro’ [17] : 1)[7].

4 Cinta yang Harus Dibedakan
Terdapat 4 macam cinta yang harus dibedakan, sebab orang yang tidak membedakannya pasti akan tersesat kerenanya. 
[1] Mahabbatullah/cinta kepada Allah. Hal ini saja belum cukup untuk menyelamatkan seseorang dari adzab Allah dan mendapatkan pahalaNya. Sebab kaum musyrikin, penyembah salib dan yahudi juga mencintai Allah[8]. 
[2] Mahabbatu maa yuhibbullah/mencintai perkara yang Allah cintai. Hal inilah yang memasukkan pelakunya ke dalam islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. 
[3] Al Hubb lillah wa fillah/mencintai karena Allah dalam keta’atan kepadaNya. Hal ini merupakan konsekwensi dari mencintai perkara yang Allah cintai. Sungguh mencintai sesuatu tidaklah akan benar-benar terwujud kecuali dengan mencintai hal itu karena Allah dan dalam keta’atan kepadaNya. 
[4] Al Mahabbatu ma’allah/mencintai selain Allah bersama Allah. Ini adalah kecintaan orang-orang musyrik kepada Allah. Barangsiapa yang mencintai sesuatu bersama Allah bukan karena Allah, bukan sebagai sarana kepada kecintaan pada Allah dan bukan dalam keta’atan kepadaNya maka dia telah menjadikan sesuatu tersebut sebagai tandingan bagi Allah. Seperti inilah kecintaan kaum musyrikin. 
[5] Al Mahabbatu ath Thobi’iyah/cinta yang sejalan dengan tabi’at. Cinta ini bentuknya berupa kecenderungan seseorang terhadap perkara yang sesuai dengan tabi’atnya seperti seseorang yang haus mencintai air, seseorang yang lapar mencintai makanan, seseorang yang mencintai tidur ketika mengantuk, seseorang suami dan ayah mencintai istri dan anak dan seterusnya.  
Kecintaan jenis ini tidaklah tercela selama kecintaan tersebut tidak melalaikan dari mengingat Allah (ibadah) dan menghambat kesibukan hamba dalam mencintai Allah

Semisal seorang yang karena cintanya kepada anaknya menyebabkan ia lalai dari sholat jama’ah karena bekerja untuk memberi nafkah anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al Munafiqun [63] : 9).[9] 
Jika demikian celaan Allah pada hal-hal yang mubah maka bagaimanakah celaan Allah terhadap kecintaan seseorang terhadap perkara yang haram semisal seorang pemuda yang mencintai pacarnya[10] apalagi jika kecintaan ini mengahalanginya dari ibadah kepada Allah, semisal melalaikan sholat jama’ah. Maka tentulah celaan Allah untuk orang yang demikian bertumpuk-tumpuk banyaknya.

Perkara yang Dicintai [11] 
Perkara yang dicintai terdiri dari dua hal :
[1] Perkara yang dicintai karena dirinya sendiri.
[2] Perkara yang dicintai karena yang lain.

Tidak ada suatu apapun yang berhak untuk dicintai karena dirinya sendiri kecuali Allah ‘Azza wa Jalla semata. Segala sesuatu yang dicintai selain Allah hanyalah karena mengikuti kecintaan kepada Allah, seperti kecintaan kepada para malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman dan bertaqwa, maka kecintaan tersebut hanya mengikuti kecintaan kepada Allah. Perkara ini merupakan sebuah perkara yang wajib untuk diperhatikan dan dibedakan karena ia adalah pembeda kecintaan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat/membahayakan.  
Adapun perkara yang dicintai karena yang lain maka hal ini dapat dibagi menjadi dua : 
[1] Perkara yang mendatangkan kenikmatan bagi seseorang yang mencintainya, dengan cara mengetahui dan memperolehnya. 
[2] Perkara yang mendatangkan penderitaan bagi seseorang yang mencintainya tetapi ia tetap bertahan menanggungnya karena hal itu mengantarkan kepada perkara yang dicintainya. 
Hal ini sebagaimana meminum obat-obatan dan perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqoroh [2] : 216).

Lalaikan Shalat Dihantam Batu Besar

Kehidupan alam barzah atau alam sesudah dunia adalah benar adanya.
Di alam tersebut apabila manusia semasa hidupnya melakukan kebajikan maka ia akan mendapatkan nikmat kubur, namun apabila melanggar perintah Allah SWT, amak azab kubur akan menantinya.

Pada suatu hari dalam sebuah majelis, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya semalam aku telah bermimpi, telah datang padaku dua malaikat, keduanya diutus Allah SWT supaya mendatangiku."

Selanjutnya Rasulullah SAW berkisah tentang mimpi yang dialaminya semalam.
Dalam mimpi itu Beliau mendatangi dua orang laki-laki, seorang laki-laki sedang tidur telanjang, sedangkan seorang laki-laki yang lain memegang batu besar.

Dihantam Batu Besar.
Dalam mimpi tersebut Rasulullah SAW melihat batu yang dibawa oleh salah satu laki-laki itu kemudian dihantamkan tepat di kepala laki-laki yang tidur telanjang.
Akhirnya kepala laki-laki tersebut pecah dengan keluar banyak darah.
Batu besar terpental beberapa meter dari laki-laki yang telentang tadi, kemudian laki-laki yang menghantamkan batu tersebut mengikutinya lalu memungut kembali batu besar tersebut.

Pada saat yang bersamaan, kepala laki-laki yang dihantam batu itu utuh kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa, kemudian laki-laki yang memegang batu mendatanginya lagi dan menghantamkan kembali batu besar itu ke kepala laki-laki yang terlentang, hingga pecah dan berdarah.
Kejadian itu berlangsung terus menerus.

Hingga kemudian bertanyalah Rasulullah SAW kepada dua malaikat yang bersamanya,
"Wahai malaikat, apa yang telah diperbuat mereka semasa hidup di dunia."
"Mereka telah menerima azab kubur,lelaki itu semasa hidupnya telah mengingkari kitab suci Al Qur'an, dan tidak hanya itu, kemudian ia menentang isinya dan melalaikan shalat fardhu, jelas malaikat.

Semua itu adalah pelajaran yang dapat diambil hikmahnya bagi mereka yang kerap melalaikan shalatnya, sebagaiman firman Allah SWT,
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya."
(QS. Al Maa'un: 4-5).

Rasulullah SAW bersabda,
"Kubur itu pertama tempat yang menuju akhirat, maka apabila selamat dalam kubur, maka yang dibelakangnya lebih ringan, dan jika tidak selamat dalam kubur maka yang dibelakangnya lebih berat daripadanya."

Jenazah Anak Saleh Berbau Harum

Berita dari Alam kubur kali ini mengisahkan tentang nikmatnya alam kubur yang diterima oleh anak yang saleh.

Kisahnya.
Semasa hidupnya, seorang anak yang bernama Hasan bin Abdullah dikenal sebagai anak yang saleh.
Subhanallah...
Setelah berpuluh-puluh tahun ia mati dan dimakamkan, jasadnya masih terlihat utuh dan berbau harum. Kisah ini terjadi di daerah Unaizah, Arab Saudi. Saat itu, di tepi batas kota akan dibangun benteng batas wilayah Unaizah. Kebetulan lokasi itu dulunya merupakan kuburan warga setempat yang lama tak dipakai lagi. Berdasarkan persetujuan raja setempat, lokasi kuburan itu akhirnya dibongkar.

Maka mulailah para pekerja memindahkan satu persatu jenazah di kuburan itu ke lokasi lain yang sudah disediakan. Namun, hingga pada giliran makam yang ada di sebelah pojok, penggali kuburan mengalami kesulitan. Tanah di makam itu terasa keras untuk digali. Butuh sekitar satu jam untuk membobfkar kuburan tua itu.
"Tanahnya lebih keras dari tanah yang lain di kuburan ini, kenapa bisa demikian ya," kata salah seorang penggali.

Mendapat Nikmat Kubur.
Meskipun demikian, mereka tetap sabar hingga tergalilah makam tersebut. Ternyata di dalam liang lahat itu terdapat jenazah yang masih utuh meski tampak kering. Bahkan jenggot jenazah itu masih tampak jelas dan utuh. Padahal beberapa kafan sudah hancur dimakan tanah.
"Subhanallah...jenazah siapa ini," ujar seorang penggali kubur."
"baunya harum sekali, aneh..padahal kuburan ini usianya sudah lama," ujar yang lain.

Para penggali makam itu juga bingung karena seketika saja aroma harum menyerbak ke segala arah. Mereka yakin, jika bau harum itu berasal dari jenazah utuh itu. Salah satu dari mereka kemudian memanggil salah seorang Syeikh di Unaizah untuk melihat keanehan itu.

"Subhanallah..., biarakan dalam posisi sebagaimana adanya. Hindarilah ia dan galilah sebelah kanan atau sebelah kiri," ucap syeikh tersebut.
Para pekerja itu menuruti perintah sang syeikh. Akhirnya, dengan terpaksa mereka mengurangi luas area untuk pembangunan benteng tersebut. Sang Syeikh kemudian berusaha mencari informasi tentang jenazah siapakah yang mendapatkan nikmat kubur itu.

Ia bertanya ke seluruh penduduk desa itu, hingga sampailah ia di sebuah rumah kecil dan tua. Penghuni rumah itu hanya seorang nenek tua. Ia hanya terbaring di ranjang sambil berzikir kepada Allah SWT.
"Apa yang membuat Anda singgah di rumah ini? Bukankah masih banyak rumah lain yang lebih bagus untuk kau singgahi?" tanya nenek itu.
"Aku sedang mencari ahli keluarga dari makam yang jenazahnya utuh itu," jawab syeikh.
"Ketahuilah, ia adalah Hasan bin Abdullah. Dia saudaraku yang meninggal dua puluh tahun yang lalu," kata nenek dengan nada sedih.



Berbakti Kepada Orang Tua.
Mendengar pernyataan itu, syeikh lebih mendekat lagi menuju pembaringan nenek.
"Sudikah engkau menceritakan apa yang sebenarnya dilakukan saudaramu itu ketika masih hidup?" tanya syeikh.
"Ia adalah seorang yang ahli ibadah, tiap malamnya selalu bermunajat kepada Allah SWT," kata nenek itu dengan suara yang terputus-putus sambil meneteskan air mata karena teringat akan saudaranya.

"Saudaraku itu tidak pernah menolak setiap perintah orang tuaku. Ia anak yang berbakti. Saudaraku itu sering menggendong ibuku ke pasar untuk berdagang," jelas nenek itu lagi.

Syeikh itu sangat terkesima dengan amaan yang dialkukan oleh saudara nenek itu. Ia kemudian berpamitan sambil memberikan beberapa dinar untuk sedekah. Sesampainya di rumah, syeikh itu langsung bersimpuh di kaki ibunya. Ia menangis memohon maaf atas semua kesalahannya yang tidak begitu memperhatikan ibunya karena terlalu sibuk bekerja.

Sang syeikh saja sampai bersimpuh dikaki ibu, sudahkah Anda?
Mari berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu kita, agar kita bisa mendapatkan nikmat kubur seperti Hasan bin Abdullah dalam kisah ini.

Roh Mengenali Para Peziarahnya

Berita Alam Kubur tentang hari roh berkumpul, jangan pernah sedikitpun ragu bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Diceritakan oleh salah seorang keluarga Ashim Al Jahdari, para roh berkumpul pada suatu hari tertentu dan mengenali siapa saja yang bertakziah.


Kisahnya.
Dari Ibnu Qoyim yang bersumber dari Muhammad bin husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma, seorang keluarga Asyim Al Jahdari, dirinya bertemu dengannya dalam mimpi.

Dalam mimpi tersebut, Ashim bercerita bahwa dirinya bertemu dengan roh lainnya pada suatu waktu. Dalam pertemuan terseut, mereka saling bercerita satu sama lainnya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,
"Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (yang mati) akan menjawab salam orang-orang yang tidak dikenal."

Bertemu dalam Mimpi.
Suatu hari, Muhammad bin Husein yang merupakan keluarga dekat dari Ashim al Jahdari tengah bermimpi bahwa dia melihat Ashim. Padahal almarhum diketahui telah meninggal dunia 2 tahun lamanya. Hal tersebut tentu membuat penasaran dan ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada lamarhum.

"Bukankah Anda sudah meninggal?" tanya kerabat almarhum.
"Benar," jawab Ashim.
"Lalu di mana kamu sekarang ini?" tanya kerabat almarhum lagi.
'Demi Allah, saya ada di dalam taman surga. Saya juga bersama teman-temanku berkumpul setiap Jumat hingga pagi harinya di tempat ini (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian kali saling bercerita," kata Ashim.

Kejadian yang dialami oleh kerabat almarhum ini membuatnya semakin penasaran. Soalnya, hal ini merupakan yang pertama kali di alaminya. Oleh karena itu dirinya pun lantas semakin banyak mengajukan pertanyaan.

Mengenal Peziarah.
Walaupun dalam mimpi, kerabat almarhum ini seolah berdialog langsung tanpa perantara.
"Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau rohnya saja?" tanya kerabat Ashim.
"Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam roh," jawab Ashim.
"Apakah kalian mengenal kalau kami itu berziarah kepada kalian?" tanya kerabat Ashim.

"Benar, kami mengetahui setiap sore jumat dan hari sabtu hingga terbit matahari," ujar Ashim.
Kerabat Ashim lantas mengajukan pertanyaan terkahir sebelum tersadar dari mimpinya.
"kalau hari lainnya?" tanya kerabat Ashim.
"Itulah fadhilah hari jumat dan kemuliaannya," jawab Ashim yang kemudian meninggalkan kerabatnya yang tersadar dari mimpi.

Bahkan bukan sore jumat dan hari sabtu saja.
Menurut riwayat Muhammad bin Husein dari Bakar bin Muhammad dari Hasan Al Qoshob berkata bahwa orang-orang yang sudah meninggal dunia mampu mengetahui para peziarah pada dua hari yang mengiringi hari jumat, yaitu hari kamis dan sabtu.
Related Posts Widget for Blogger

Doa Sunan Kudus Usir Wabah Penyakit | Kisah Walisanga

Kisah teladan islami dengan kisah walisanga.
Kali ini dengan kisah Sunan Kudus yang mengembara hingga ke Negeri Arab, kota Makkah. Di sana kedatangan Sunan Kudus disambut dengan sinis oleh penguasa negeri, namun hingga akhirnya beliau mampu mengusir wabah penyakit yang melanda negeri itu.


Kisahnya.
Di dalam riwayat, dikisahkan bahwa Raden Jakfar Shodiq atau Sunan Kudus itu suka sekali dengan pengembaraan dalam hal berdakwah, baik ke tanah Hindustan maupun ke tanah suci Makkah.

Sewaktu berada di Makkah, beliau menunaikan ibadah haji, dan kebetulan sekali di sana ada wabah penyakit yang sulit untuk di atasi. Penguasa negeri mengadakan sayembara bagi siapa saja yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akandiberi hadiah harta benda yang cukup besar jumlahnya.

Sudah banyak yang mencoba, namun tak membuahkan hasil sama sekali.
Pada suatu hari, Sunan Kudus menghadap penguasa negeri itu, namun kedatangannya disambut dengan sinis sekali.

Disambut Sinis
"Dengan apa Tuan akan melenyapkan wabah penyakit di negeri ini?" tanya sang Amir.
"Dengan doa," jawab Sunan Kudus.
"Kalau hanya dengan doa, kami sudah puluhan kali melakukannya. DI Tanah Arab ini banyak sekali para ulama dan Syeik ternama, tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah ini," jelas sang Amir.

"Saya mengerti, memamng Tanah Arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa ada saja kekurangannya sehingga doa mereka tidak terkabulkan," ujar Sunan Kudus.
"Hmmm..sungguh berani Tuan berkata demikian," kata sang Amir dengan nada berang.
"Apa kekurangan mereka," tanya sang Amir.

"Anda sendiri yang menyebabkannya," kata Sunan Kudus dengan tenangnya.
"Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharap hadiah bisa jadi," jelas Sunan Kudus lebih lanjut.

Sang Amir pun terbungkam seribu bahasa dengan jawaban yang diberikan oleh Sunan Kudus.

Dengan Doa Wabah Penyakit Hilang
Akhirnya Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan. Secara khusus Sunan Kudus berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo singkat, wabah penyakit yang menyerang negeri Arab telah menyingkir. Bahkan beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.

Bukan main senangnya hati sang Amir.
Rasa kagum mulai menjalar di hatinya. Hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Sunan Kudus, namun Sunan Kudus menolaknya dengan halus sekali.

Sunan Kudus hanya meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Sang Amir pun mengijinkannya. Batu itu pun dibawa ke Tanah Jawa, dipasang di pengimaman Masjid Kudus yang didirikannya sekembali dari Tanah Suci.

Rakyat Kota Kudus pada waktu itu masih banyak yang bergama Hindu dan Budha.
Para wali mengadakan sidang untuk menentukan siapakah yang pantas berdakwah di Kota Kudus. Pada akhirnya, Sunan Kudus lah yang terpilih untuk bertugas dakwah di daerah itu.

Itulah kenapa sebabnya Raden Jakfar Sodiq disebut sebagai Sunan Kudus. Karena beliau berdakwah di kota Kudus tersebut.
Related Posts Widget for Blogger

Ahli Puasa dapat Nikmat Kubur

Kita semua tentu sangat ingin mendapatkan nikmat kubur, semoga kita semua bisa meniru amalan-amalan yang ada dalam kisah kubur ini.

Seperti kabar ini, karena semasa hidupnya rajin menjalankan puasa Ramadhan dan diikuti puasa 6 hari di bulan Syawal, seorang muslim mendapatkan nikmat kubur. Ibadah-ibadah itulah yang menjaganya selama di alam Barzah.



Berikut ini Kisahnya.
Sufyan Atstsauri ra mengisahkan bahwa pada saat ia tinggal di Makkah selama 3 tahun, ia pernah mendapatkan peristiwa yang aneh.
Kala itu di antara penduduk Makkah, sebuat saja namanya Abdullah, memiliki ibadah yang sangat istikhomah.

Abdullah selalu datang ke Masjidil Haram pada waktu terik matahari. Dia thawaf dan shalat 2 rakaat, kemudian Abdullah menyalami Sufyan dan kemudian pulang ke rumahnya.
Begitulah kebiasaan Abdullah stiap harinya, sehingga terjalinlah persahabatan yang erat antara mereka.

Istikhamah Beribadah.
Namun, pada suatu siang ahri yang terik, Sufyan tak menemukan Abdullah.
Hingga selepas shalat Ashar, ia tak bertemu Abdullah. Maka timbullah pertanyaan pada dirinya.
"Apa yang terjadi dengan sahabatku Abdullah? Apakah ia sedang sakit?" pikirnya dalam hati.

Berawal dari rasa penasaran itu, akhirnya datanglah Sufyan ke rumah Abdullah.
Dugaan Sufyan ternyata benar, saat itu Abdulah tengah terbaring sakit di ranjangnya. Dalam kondisi yang lemah itu, Abdullah memanggil sahabatnya untuk duduk lebih dekat dengannya sembari mengucapkan sesuatu.

"Apabila aku mati nanti, hendaklah kamu sendiri yang memandikan aku, menshalati aku, lalu kuburkanlah aku dan jangan engkau tinggalkan aku sendirian di kuburan pada malam harinya. Talqinkanlah aku dengan kalimat tauhid ketika Malaikat Munkar dan Nakir menanyaiku," ucap Abdullah.

Sufyan pun menyanggupinya.
Tak lama kemudian, akhirnya Abdullah meninggal dunia. Sufyan sangat sedih telah kehilangan sahabat karibnya itu.
Meski demikian, ia tetap sabar dan ikhlas sembari melaksanakan amanah yang disampaikan almarhum kepadanya.

Setelah itu, Sufyan merawat jenazah Abdullah, sahabat karibnya.
Ia memandikannya, menshalatinya dan kemudian menguburkannya. Pada malam harinya, Sufyan juga menunggu seorang diri di atas makam sahabatnya itu sambil membacakan kalimat talqin.

Nikmat Kubur.
Beberapa saat kemudian, antara sadar dan tidak, Sufyan mendengar suara dari atas.
"Wahai Sufyan, orang tersebut tidak butuh penjagaanmu, talqinmu, dan pelipur lara darimu, karena aku telah mentalqinkannya dan memberinya kesenangan," kata suara tanpa wujud itu.

"Dengan apa engkau menjaganya?" tanya Sufyan.
"Dengan puasa di bulan Ramadhan dan diikuti 6 hari pada bulan Syawal," jawab suara tadi.

Setelah dialog itu, tiba-tiba Sufyan terjaga dan tersadar. Ia kaget karena saat itu ia tidak melihat seorang pun di sekelilingnya. Sufyan masih ragu apakah suara itu berasal dari malaikat atau setan yang berupaya menghasutnya.

Maka dari itu, Sufyan kemudian pergi untuk berwudhu lalu melaksanakan shalat kemudian pergi tidur.
Anehnya, dalam tidur itu ia bermimpi persis seperti kejadian tadi, bahkan kejadian berulang hingga 3 kali.

Maka, kini yakinlah Sufyan bahwa suara itu dari malaikat Allah, bukan dari setan.
Dengan demikian Sufyan mengerti jika sahabatnya itu telah mendapatkan nikmat kubur.
Setelah itu, ia akhirnya pulang sambil berdoa,
"Ya Allah, dengan Anugerah dan Kemuliaan-Mu, berilah aku taufiq agar dapat berpuasa seperti puasa sababatku itu, Amiin." Related Posts Widget for Blogger

Wujud Amal di Alam Kubur

Jika pada masa hidupnya seseorang senantiasa beribadah kepada Allah SWT, maka kelak mereka akan ditemani oleh sesosok yang rupawan dan berbau harum. Sosok itu adalah perwujudan amal saleh yang dilakukannya semasa hidup di dunia.
Sebaliknya, jika semasa hidupnya selalulalai dan ingkar kepada Allah SWT, maka kelak akan ditemani sosok menyeramkan yang berbau busuk.

Semua kisah dipetik dari hadits Rasulullah SAW tentang kubur.

Kisahnya.
Kehidupan di alam kubur atau alam Barzah adalah benar adanya.
Kelak, di alam kubur, setiap manusia akan menjumpai Malaikat Munkar dan Malikat Nakir. Kedua Malaikat itu akan mengajukan pertanyaan kepada si mayat.

Amal Berbau Harum.
Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila ruh telah dikembalikan ke tubuhnya, maka akan datang dua orang malaikat yang berwibawa,mereka adalah Munkar dan Nakir yang akan bertanya,
Siapakah Tuhanmu?, Apakah yang akan kamu katakan kepada lelaki ini, yakni Muhammad? Jika yang meninggal itu orang yang saleh, maka ia akan menjawab, "Allah adalah Tuhanku dan Muhammad adalah utusan Allah dan Al Qur'an adalah diturunkan kepadanya dan aku mengimaninya.'

"Memang benar hambaku itu, maka hendaklah kamu semua hamparkan hamparan dari surga dan pakailah pakaian-pakaian dari surga untuknya, serta bukalah pintu-pintu surga untuknya."
"Maka terbukalah pintu-pintu surga untuknya disertai bau harum dari surga dan kuburnya pun menjadi luas sepanjang mata memandang."

Golongan Bergembira.
Setelah itu datanglah sesosok yang rupawan dengan pakaian indah dan berbau wangi.
Laluia berkata,
"Bergembiralah kamu dengan apa yang menyenangkan kamu."

Mayat itu lalu bertanya,
"Siapakah kamu? Allah SWT mengasii kamu, aku tidak pernah melihat seindah kamu di dunia."

Lalu laki-laki itu menjawab,
"Aku adalah amal salehmu di dunia."

Golongan Bersedih.
Rasulullah SAW bersabda,
"Kalau orang tersebut termasuk dalam golongan yang akan mendapat azab, apabila telah sampai ajalnya, maka malaikat akan turun dari langit dengan membawa pakaian azab, lalu datang malaikat maut duduk di dekat kepalanya dan berkata,
"Keluarlah kamu wahai nafsu yang kahat dan keluarlah dengan kemurkaan Allah SWT."

Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila berpisah ruh dari badannya, maka segala sesuatu yang di langit dan di bumi mengutuknya. Semuanya akan mendengar kutukan tersebut termasuk manusia dan jin.Kemudian malaikat akan membawa ruh tersebut naik ke langit. Apabila mereka telah sampai di langit, maka tertutuplah pintu-pintu langit lalu terdengar suara,
"Pulangkanlah ruh tersebut. Lalu malaikat pun mengembalikan ke kuburnya. Setelah itu datangalah Munkar dan Nakir dengan suara seram, matanya seperti kilat yang menyambar.

Amal Berbau Busuk.
Kemudian malaikat itu duduk sambil bertanya,
"Siapakah Tuhanmu?
"AKu tak tahu," jawab si mayat.

Di waktu yang sama terdengarlah sebuah suara.
"Wahai Munkar dan Nakir, pukul saja orang itu."

Maka Munkar dan Nakir pun memukulnya dengan palu dari besi.
Dengan pukulan tersebut, maka menyalalah api dari kuburan itu. Tak hanya itu, kuburnya pun akan menjadi sempit hingga menghimpit tulang-tulangnya.

Setelah itu, datanglah sosok yang menghampiri si mayat dengan rupa paling buruk dan hina serta baunya sangat busuk.
Laki-laki itu lantas berkata,
"Allah SWT telah membalas kejahatanmu, maka demi Allah tidaklah kamu melakukan suatu kebajikan, tapi kamu senantiasa lalai untuk taat dan senantiasa melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT."

Si mayat bertanya,
"Siapakah kamu?"
Laki-laki itu berkata lagi,
"Akulah amal perbuatanmu yang jahat."

Lalu dbukakanlah pintu neraka dan si mayat pun meihat tempat tinggalnya di neraka hingga datangnya hari kiamat.

Air Mata di Puncak Bukit Shafa (kisah Nabi Muhammad SAW)

Kisah islamiah akhirnya bisa hadir kembali, Saudaraku yang seiman.
Kali ini kisah tentang Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Diambil dari riwayat THABRANI, meriwayatkan kisah sadis, Rasulullah SAW di Bukit Shafa telah disakiti oleh Abu Jahal.

Paman Beliau yang bernama Hamzah sangat marah dan sempat memukul Abu Jahal.

Berikut Kisahnya.
Adalah Abu Jahal yang telah menentang keras ajaran agama baru, yaitu agama Islam. Pada suatu kesempatan, Abu Jahal menghadang Rasulullah SAW di bukit Shafa lalu menyakiti Beliau.
Peristiwa penyiksaan tersebut rupanya disaksikan oleh istri Hamzah. Memang nasib, Hamzah pada waktu itu sedang berburu, yang merupakan pekerjaannya untuk mencari nafkah.

Memang, setelah Hamzah masuk Islam, Rasulullah SAW dan kaum muslimin menjadi lebih dihargai oleh orang-orang Quraisy. Kedudukan mereka menjadi lebih kuat, kaum Quraisy menjadi segan dan tidak berani mengganggu Rasulullah SAW. Mereka tahu bahwa Hamzah pasti melindungi beliau.

Hamzah Amat Marah.
Nah, lanjut lagi, ketika Hamzah sudah pulang ke rumah, dia diberitahu istrinya tentang perbuatan Abu Jahal kepada Rasulullah SAW.
Isri Hamzah berkata,
"Wahai Abu Imarah, seandainya tadi kamu melihat apa yang dilakukan Abu Jahal terhadap keponakanmu?"
Istri Hamzah bercerita ini dan itu, namun belum sempat selesai bercerita, Hamzah segera pergi tanpa masuk rumah dan dalam keadaan masih seperti ketika dia berburu.
Busur masih tergantung di lehernya, dia segera menuju Ka'bah.

Di sana, Hamzah mendapati sekolompok orang-orang Quraisy dan salah satunya adalah Abu Jahal. Tanpa basa basi lagi, Hamzah langsung mengayunkan busur panahnya ke kepala Abu Jahal hingga berdarah. Karena serangan mendadak tersebut, orang-orang Quraisy memegang Hamzah dengan kuatnya.
Hamzah berkata,
"Agamaku adalah agama Muhammad. Aku bersaksi bahwa dia adalah Rasul Allah SWT. Aku tidak akan mundur dari imanku ini. Coba saja halangi aku jika kalian berani. Ayo lawanlah aku."

Orang-orang Quraisy sangat menghormati Hamzah, hingga tak seorang pun yang berani melawannya, termasuk Abu Jahal. Terlihat dalam riwayat Thabrani dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, Abu Jahal hanya diam saja meski dipukul oleh Hamzah.
Cacian dan makian yang ditujukan kepada Nabi SAW menjadi air mata kaum muslimin kala itu, termasuk paman Nabi, Hamzah r.a.

Ahli Kubur Duduk Berdampingan Bersama Rasulullah

Berita alam kubur malam dengan kisah ahli kubur yang telah mendapat syafaat dari Rasulullah SAW.
Apa gerangan yang dilakukan hingga menyebabkan ahli kubur ini mendapat syafaat Nabi SAW.

Seorang ulama bermimpi bertemu Rasulullah SAW bersama seorang pemuda. Kemudian ulama itu diberitahu Nabi Muhammad SAW bahwa si pemuda ini selalu membaca shalawat kepadanya ketika masih hidup.

Kisahnya.
Pada zaman dahulu ada seorang sudagar kaya raya.
Ia memiliki dua orang anak, sedangkan ibunya telah meninggal dunia terlebih dahulu. Pada suatu saat, saudagar kaya ini sakit keras, hingga menjelang sakaratul maut, ia mewariskan harta benda yang melimpah dan tiga helai rambut milik Rasulullah SAW kepada dua anaknya.

Setelah ayahnya meninggal dunia, maka dua putra kakak beradik itu membagi harta warisan peninggalan orang tuanya menjadi dua bagian sama persis besarnya. Setelah itu, mereka hendak membagi rata tiga helai rambut Rasulullah SAW itu.

"Bagaimana dik jika kita potong satu helai rambut ini sehingga masing-masing dari kita mendapatkan satu setengah helai ramut Rasulullah SAW," ujar sang kakak.

Mendapat tawaran dari sang kakak itu, adiknya merasa sayang jika harus memotong rambut Rasulullah SAW. Ia ingin menghormati kedudukan Rasululah SAW sebagai Rasul panutan yang baik.
"Aku keberatan dengan ajakan itu," ujar adiknya.
"Kalau begitu, maukah engkau mengambil seluruh rambut Rasulullah SAW dan seluruh harta warisan peninggalan ayah aku ambil semua sehingga aku tidak akan memberi sedikitpun kepadamu?" ujar sang kakak yang mulai rakus.

Si Adik Selalu Membaca Shalawat.
Setelah berpikir sejenak, sang adik menyetujui pendapat kakaknya.
"Baiklah, aku setuju dengan usulanmu itu. Ambillah semua harta peninggalan ayah ini," ujar adiknya yang dikenal sebagai anak saleh tersebut.

Setelah itu, adiknya memasukkan tiga helai rambut Rasulullah SAW ke dalam saku bajunya. Rambut itu selalu dibawanya kemana saja ia pergi. Sekali waktu, rambut itu dikeluarkan dari sakunya lalu diciumnya dengan membaca shalawat untuk Rasulullah SAW.

Dalam waktu yang relatif singkat saja, ternyata bacaan shalawat itu membawa berkah sehingga usaha yang dirintisnya sukses. Ia pun menjadi kaya dengan harta yang melimpah, sedangkan kakaknya yang memilih seluruh harta warisan akhirnya habis dan menjadi miskin.

Syafaat Rasulullah SAW.
Pada suat saat, banyak warga yang bersedih ahti karena adiknya meninggal dunia.
Pada suatu malam, salah seorang ulama di negeri itu mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpi itu, ulama tersebut melihat pemuda yang meninggal dunia tersebut duduk berdampingan bersama Nabi SAW.

"Wahai Rasululah SAW, siapakah pemuda itu?" tanya ulama dalam mimpinya.
"Ia adalah hamba Allah SWT yang telah mendapat syafaatku," jawab Rasulullah SAW>
"Kenapa bisa demikian, aku juga ingin syafaatmu," tanya ulama itu.
"Selama hidupnya, pemuda ini sering mengirimkan shalawat kepadaku," jawab Nabi SAW.

Akhirnya ulama tersebut terbangun.
Mimpi tersebut telah membuat sang ulama tak henti-hentinya mengajak para muslimin muslimat untuk membaca shalawat setiap harinya agar mendapat syafaat seperti pemuda tersebut.

Nabi Adam pun Bershalawat kala Berdosa

Sungguh kejadian yang sangat luar biasa ketika Nabi Adam as ternyata juga mengucapkan shalawat Nabi kala sedang berdosa.

Hal ini dibuktikan oleh hadits Rasulullah SAW.

Kisahnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Ketika Nabi Adam as telah berbuat dosa dengan yang telah dilakukannya itu, ia mengangkat kepalanya ke langit sambil berdoa."

Nabi Adam as berkata,
"Aku bermohon demi hak Muhammad, ampunilah dosaku."

Mendengar doa Nabi Adam as, Alloh SWT mewahyukan kepada Adam.
Alloh SWT bertanya,
"Siapa Muhammad itu?"
"Maha Mulia AsmaMu, dan di situ tertulis Laa Ilaaha Illallooh Muhammad Rosulullah," jawab Adam as.

Adam berkata lagi,
"Dari situ, maka tahulah aku bahwa tidak ada seorang pun yang lebih besar kedudukannya di hadapanMu selain orang yang namanya bersama namaMu."

Alloh SWT mewahyukan kepada Adam,
"Hai Adam, sesungguhnya ia adalah Nabi yang terakhir dari keturunanmu. Kalau tidak ada dia, Aku tidak menciptakan kamu."

Wallohu A'lam...
Related Posts Widget for Blogger

Dialog Malaikat Jibril dan Rasulullah tentang Neraka

Rasulullah SAW pernah mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga sampai menitikkan air mata.

Rasulullah SAW sedih apabila nantinya ada dari umatnya yang termasuk golongan ahli neraka, karena neraka memiliki 7 buah pintu yang masing-masing disesuaikan dengan amal ibadahnya.



Kisahnya.
Nabi Muhammad SAW suatu ketika didatangi oleh Malaikat Jibril yang akan menurunkan wahyu dari Allah SWT mengenai neraka dan pintu-pintunya.
Rasulullah SAW kemudian meminta Malaikat Jibril untuk menyebutkan golongan umat yang kelak akan melewati pintu-pintu itu.

"Wahai Jibril, siapakah yang akan menempati pintu pertama?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu pertama dinamakan Hawiyah, yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kafir," jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW Sangat Sedih.
"Lalu siapakah yang akan melewati pintu kedua? tanya Rasul kembali.
"Pintu kedua dinamakan Jahim, yang diperuntukkan bagi kaum musyrikin," jelas Malaikat jibril.
"Bagaimana dengan pintu ketiga?" tanya Rasulullah SAW kembali.
"Pintu ketiga dinamakan Saqar, yang diperuntukkan bagi kaum Shobiin atau kaum penyembah api," jawabMalaikat Jibril.

"Selanjutnya pintu keempat untuk siapa?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu keempat dinamakan Ladha, untuk iblis dan pengikutnya," jawab Jibril.

Rasulullah SAW terdiam sejenak, ia berharap tidak ada satu pintu neraka yang diperuntukkan bagi umatnya.
"Kemudian pintu kelima dan keenam untuk siapa?" kata Rasululah SAW.
"Pintu kelima dinamakan Huthomah, diperntukkan bagi Yahudi, sedangkan pintu keenam dinamakan Sa'ir untuk kaum kafir," jelas Malaikat Jibril.

Ada Pintu Neraka untuk Umat Muhammad.
"Wahai Jibril, sekarang ceritakanlah kepadaku tentang pintu neraka yang ke tujuh itu?" pinta Rasulullah SAW.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Malaikat Jibril sejenak diam seperti ragu hendak menceritakannya. Akan tetapi karena Rasululah SAW terus mendesaknya, maka Malaikat Jibril tak kuasa menolaknya.

"Ya Rasulullah, pintu ke tujuh itu diperuntukkan bagi umatmu yang berdosa besar dan meninggal dunia sebelum mengucapkan tobat," jelas Malaikat Jibril yang sedikit ketakutan.

Begitu mendengar penjelasan yang terkahir ini, Rasulullah SAW langsung pingsan seketika itu juga. Beliau tak menyangka bahwa umatnya pun disediakan tempat di neraka. Setelah sadar dari pingsannya, Rasululah SAW masih tampaksedih sekali. Beliau tidak dapat menahan air matanya yang mengalir deras.

Sungguh Nabi dan Rasul yang snagat peduli terhadap umatnya, bahkan setelah sepeninggalnya.
Semoga kita mendapat syafa'at dari Rasulullah SAW ini.
Amiin.

"Wahai Jibril, aku sangat sedih sekali mendengar penjelasanmu. Apakah ada umatku nanti yang akan masuk ke pintu ke tujuh itu?" tanya Rasulullah SAW dengan kesedihan yang mendalam.
Dan ternyata Malikat Jibril mengangguk yang berarti memang ada dari umat Nabi Muhammad yang masuk ke neraka melalui pintu ke tujuh.
Namun, hanya umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan dosa besar dan mati sebelumbertobat saja yang akan melewati pintu ke tujuh itu.

<p>Your browser does not support iframes.</p>
Asbabun Nuzul.
Selama beberapa hari setelah kedatangan Malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW tidak berbicara dengan orang lain.
Beliau hanya mengurung diri di rumahnya. Beliau hanya keluar rumah kalau ke masjid ketika tiba waktu shalat, setelah shalat Beliau kembali mengurung diri di rumah.

Para sahabat yang melihatnya pun juga turut sedih dan meneteskan air mata. Mereka kemudian berkunjung ke rumah RasulullahSAW dan menanyakan perihal perasaan sedih yang dialami.
"Ya Rasululah, mengapa engkau tampak sangat sedih sekali," tanya salah seorang sahabat.
"Wahai sahabatku, sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan menyampaikan wahyu tentang neraka yang memiliki tujuh pintu," ujar Rasulullah SAW.

"Ya Rasulullah, adakah salah satu pintu untuk kami semua?" tanya sahabat.
Dengan menitikkan air mata, Rasululah menganggukkan kepala.
"Salah satu pintu itu diperuntukkan bagi umatku yang mnelakukan dosa besar dan mati sebelum betobat kepada Allah SWT," ujar Rasulullah SAW.

Setelah sejenak terdiam, Rasulullah SAW melanjutkan penuturannya.
"Oleh karena itu, janganlah sekali-kali terpengaruh oleh tipu daya iblis, karena ia adalah musuh yang nyata dan akan menjerumuskan ke neraka," lanjut Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Kisah inilah yang merupakan asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat Al Qur'an, Surat Al Hijr ayat 14.
Allah SWT berfirman,
لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ
Artinya:
"Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka." Related Posts Widget for Blogger

4 TAHAP MENUJU ALLOH

Oleh Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah

(Disampaikan pada Tabligh Akbar pada tanggal 15 November 2011 di
Sukarami, Padang yang dihadiri oleh Syaikh Jibril, salah satu mursyid
Tariqah Naqsyabandiyah Haqqani)

Materi "Dialog tentang Ketuhanan" di Masjid Baitul Ihsan, Bank
Indonesia,

23 Desember 2011 atas kerjasama Manajemen Masjid Baitul Ikhsan

dan Tasawuf Islamic Center Indonesia.

Pembicara: Dr. Ahmad Rahman, MAg (Ahli Peneliti Utama Balitbang Kemenag
RI & Pembimbing TICI)

Moderator: Dr. Nawiruddin Dg Tola, M.Ag (Dosen UIN Syarif Hidayatullah)

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Asyhadu an laa ilaaha illa Allaah wa Asyhadu anna Muhammadan rasuul
Allah 3X

Segala puji bagi Allah, yang masih saja melimpahkan kasih sayang-Nya
kepada kita, yang tak jemu-jemunya, yang tak bosan-bosannya melihat
perangai kita. Namun, dengan kasih sayang-Nya, Allah kumpulkan kita di
masjid ini. Selawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah Muhammad
Saw. Juga mari kita kirimkan surat al-Fatihah kepada orang tua kita dan
orang-orang yang telah mendahului kita, Al-Faatihah (dibacakan Tuangku
dan diikuti oleh seluruh jamaah), serta kepada guru-guru yang kita
cintai, Al-Faatihah (dibacakan Tuangku dan diikuti oleh seluruh jamaah).

Bapak-Ibu yang Allah rahmati…

Dalam dunia tariqah itu, ada empat perjalanan yang umumnya kita lewati.

Yang pertama adalah zikir atau ingat.

Yang kedua adalah rasa

Yang ketiga adalah penyaksian

Yang keempat adalah mahabbah atau cinta

Dzikir

Dzikir atau ingat. Sebaik-baik zikir adalah zikir yang melahirkan rasa
dekat kepada Allah Swt, bukan zikir yang melahirkan jumlah bilangan.
Sebaik-baik zikir yang kita laksanakan adalah bagaimana zikir itu dapat
melahirkan rasa dekat kepada Allah.

"Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku dan kamu tidak ada perantara.
Jikalau ada perantara, perantara itulah Aku." (Ilham Sirriyah, pen.)

Allah dengan manusia tiada perantara. Allah lebih dekat daripada kata
yang keluar dari lidah kita. Allah lebih dekat daripada pikiran yang
keluar dari akal kita. Dia lebih dekat daripada rasa yang keluar dari
hati kita. Mengapa kita tidak bisa merasa dekat dengan Allah? Zikir yang
melahirkan rasa dekat kepada Allah, inilah sebaik-baik zikir.

Rasa

Rasa dekat bukan tujuan kita (menuju Allah, pen.). sering bagi kalangan
sufi atau orang-orang tariqah muncul dalam dirinya rasa dekat kepada
Allah. Namun, rasa dekat kepada Allah bukan tujuan kita (para salik,
pencari Tuhan, pen.). Rasa dekat kepada Allah hanya menjadi batu
loncatan bagi kita untuk menyaksikan dari hati kita bahwasanya Allah
lebih dekat dariapda nurani kita sendiri. Rasa dekat hanya sebagai batu
loncatan. Jangan kita merasa sudah sampai sana (kepada Allah), (jangan
pula merasa inilah puncak segala-galanya!!!) Ingat, Allah bukan di dalam
rasa, tetapi Allah ada di balik rasa, di puncak rasa (yaitu, dimana
tiada lagi rasa yang dirasakan oleh seorang hamba kecuali yang ada
hanyalah Allah, termasuk tidak merasakan keberadaan dirinya sendiri,
pen.).

Rasa dekat apabila sudah sampai kepada kita, harus diiringi dengan hati
yang suci atau bersih. Apakah hati yang suci itu? Hati yang suci itu
bukan saja bebas dari penyakit hati, dan hati yang kotor bukan hati yang
berbintik-bintik. Hati yang kotor adalah hati yang masih bergantung pada
selain kepada Allah. Itulah hati yang kotor. Percuma kita sekarang ini
berzikir, belajar tariqah, merasa dekat, tetapi masih membiarkan hati
kita bergantung kepada selain Allah. Hati yang hanya bergantung kepada
Allah ialah hati yang nol, atau hati yang kosong. Yang kosong itu akan
diisi oleh Allah. Bagaimana kita akan melihat bulan di tengah hari di
saat cahaya matahari masih terik. Bila ingin melihat bulan yang sempurna
maka lihatlah di malam hari (di saat tidak ada cahaya lain selain cahaya
bulan, pen.). Hilangkan segala ketergantungan kita kecuali hanya kepada
Allah. Masalah hati kita akan diisi atau tidak itu urusan Allah. Tugas
kita hanyalah membersihkan hati kita.

Penyaksian

Sesungguhnya, ketika seseorang telah sampai pada maqam pembersihan,
dimana hijabnya sudah terbuka, maka dengan rasa dekat yang dia miliki
akan merasakan betapa nyata Tuhannya, betapa nyata Allah itu, lebih
nyata daripada dirinya sendiri. Allah lebih nyata daripada keberadaan
dirinya sendiri. Pada saat itu, Allah tetap menjadi Allah sebagai Tuhan,
dan kita tetaplah menjadi hamba, dan tidak akan pernah hamba akan
menjadi Tuhan. Ibarat benda dengan bayangannya. Benda dengan bayangannya
mustahil bercerai, tetapi juga mustahil pula benda dengan banyangannya
bersatu. Benda akan tetaplah menjadi benda dan bayangan tetaplah akan
menjadi bayangan. Begitulah kondisi antara kita dengan Allah. Jangan
menjadikan rasa dekat itu menjadi tujuan. Rasa dekat itu kita jadikan
sebagai hewan tunggangan menuju Allah.

Bapak Ibu yang Allah rahmati.

Mari, kita sepenuhnya bergantung hanya kepada Allah. Lepaskan
ketergantungan kita kepada yang lain. Bagaimana caranya? Caranya adalah
timbulkan kebutuhan kita kepada Allah. Sekarang, mari kita tanya diri
kita masing-masing. Apakah hari ini kita butuh kepada Allah? Butuh Allah
hanya di dalam shalat! Butuh Allah ketika di rumah sakit! Butuh Allah
setelah melihat saudara kita meninggal! Sedangkan para pecinta Allah,
kebutuhannya kepada Allah adalah di setiap saat. Tersandung kakinya pun
ia butuh kepada Allah. Dan orang yang bisa memiliki rasa butuh dengan
Allah hanyalah orang-orang yang benar-benar tahu betapa banyak nikmat
Allah kepada dirinya. Dia benar-benar tahu bahwa betapa lemahnya
dirinya. Namun, orang-orang yang merasa dia yang kuat, dia yang
berjalan, dia yang bergerak, tidak akan memunculkan rasa kebutuhannya
kepada Allah. Orang yang nol, orang yang kosong, orang yang benar-benar
menganggap dirinya tidak ada daya upaya, ialah yang akan menimbulkan
rasa butuh kepada Allah, yang selanjutnya akan menimbulkan rasa memiliki
Allah. Saya sering menyampaikan bahwasanya negara kita ini adalah negara
yang beragama, tapi belum bertuhan. Negara kita ini adalah negara
bertuhan, tapi belum memiliki Tuhan. Inilah tariqah dan ajaran kita,
bagaimana kita menggali agar merasa benar-benar beragama bertuhan, dan
memiliki Tuhan.

Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Tambahan dari penulis:

Cinta

Dalam beberapa majelis Tuangku, sering menyampaikan bahwa buah dari
penyaksian akan melahirkan cinta. Semakin sering berjumpa dengan Allah
maka akan melahirkan kerinduan untuk selalu berjumpa dengan-Nya. Rindu
itu adalah tiang dari cinta. Seorang hamba yang telah memiliki rasa
cinta, maka seluruh hidupnya diabdikan dan dipersembahkan kepada Allah
sebagai pembuktian cinta pada-Nya.

Transkriptor: Zubair

Diambil dari www. youtube.com

DISKUSI TENTANG KETUHANAN (MUKHATHABAH ILAHIYAH) Tasawuf Islamic
Centre Indonesia (TICI) bekerja sama dengan Manajemen Masjid Baitul
Ihsan, Bank Indonesia (MMBI) rutin diselenggarakan setiap hari Jumat
mulai pukul 17.00 WIB, dilanjutkan shalat Maghrib s/d Shalat Isya.
Bertempat di Basement Mesjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jl. Budi
Kemuliaan No. 23, Jakarta Pusat,