Rabu, 21 Maret 2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PENDAHULUAN
Hubungan perawat pasien adalah hal penting dalam pelayanan keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan tentang pengertian komunikasi terapeutik, hubungan profesional antara perawat dan pasien, sehingga perawat mampu mempertanggungjawabkan hubungan terepeutik dengan pasien. Dimana perawat adalah orang yang paling dekat dan seharusnya memahami masalah pasien secara komprehensif sehingga pelayanan kesehatan akan dilakukan secara menyeluruh.
Tujuan instruksional umum (standar kompetensi)
  • Perawat mampu melakukan teknik komunikasi terapeutik dengan pasien/klien.
Tujuan instruksional khusus (kompetensi dasar)
  1. Mengetahui sifat hubungan perawat pasien.
  2. Mengidentifikasi definisi komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien.
  3. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi.
  4. Menggunakan teknik-teknik komunikasi dengan klien.
  5. Menganalisa kemampuan komunikasi yang dipunyai oleh perawat.
KOMUNIKASI TERAUPETIK

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi pelayanan keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting telah mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik, karakteristik, fase dan dimensi “helping relationship”, termasuk “therapeutic use of self” untuk praktek keperawatan, serta sikap dan teknik komunikasi terapeutik.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK SABAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT

Perawat harus memiliki tanggung jawab yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Abdalati (1983), Bucauli (1978) dan Amsari(1995) menambahkan bahwa sebagai orang yang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli. Individu yang tidak peduli terhadap orang lain adalah seorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali&Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya yang melindungi, meningkatkan dan menjaga/mangabadikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam mencari arti dalam sakit, penderitaan dan keberadaannya : membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,…. Sesungguhnyalah setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan bantuan. Perilaku menolong sesama itu perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK “ HELPING RELATIONSHIPS

Seorang perawat profesional selalu mengupayakan untuk berprilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang menurut Stuart dan Sundeen (1995) dan Limberg, Huter & Kruszweski (1983) meliputi
  1. realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri;
  2. indentitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi;
  3. kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai;
  4. peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Tujuan hubungan terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping relationship “ memiliki karakteristik sebagai berikut.
  1. Kesadaran diri terhadap yang dianutnya.
Perawat mampu menjelaskan tentang diri sendiri, keyakinan, apa yang menurutnya penting dalam kehidupannya, baru kemudian ia akan mampu menolong orang lain menjawab pertanyaan tersebut.
  1. Kemampuan untuk menganalisa perasaan sendiri.
Perawat secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasaan antara lain perasaan marah, duka dan frustasi.
  1. Kemampuan menjadi contoh peran.
Perawat perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat termasuk mempertahankan kesehatan agar dapat dicontoh orang lain.
  1. Altruistik.
Perawat merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara manusiawi.
  1. Rasa tanggung jawab etik dan moral.
Tiap keputusan yang  dibuat selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi kesehatan/ kesejahteraan manusia.
  1. Tanggung jawab.
Dua dimensi tanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagi tanggung jawab dengan orang lain.
Dengan karakteristik tersebut, diharapkan perawat akan mampu menggunakan dirinya sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri, dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain sangat diperlukan dalam “therapeutic use of self”. Menggunakan diri secara terapeutik memerlukan integrasi dari ketiga kemampuan tersebut (Achir Yani, 1995).

JENIS KOMUNIKASI 

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang pernah terjadi antara sedikitnya dua orang atau lebih dalam kelompok kecil, terutama dalam bentuk tatap muka dan paling sering digunakan dalam pelayanan keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan pertumbuhan personal.Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non verbal.

KOMUNIKASI VERBAL

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi verbal yang efektif harus :
  1. jelas dan ringkas.
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan dimana. Ringkasnya, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. “ Katakan kepada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik dari pada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”.
  1. perbendaharaan kata.
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika digunakan oleh perawat, klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien. Dari pada mengatakan “duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda“ akan lebih baik jika dikatakan “duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
  1. arti denotatif dan konotatif.
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata “serius” dipahami oleh klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata “kritis” untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah disalahtafsirkan. Terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
  1. selaan dan kecepatan bicara.
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat non verbal dari para pendengar yang mungkin menunjukkan ketidakmengertian. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
  1. waktu dan relevansi.
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu yang tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
  1. humor.
Dugan (1998) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress, meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines , mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan meningkatkan metabolisme. Namun perawat perlu berhati-hati jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling tepat dan menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, kareana isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempersepsikan pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien, mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non verbal teramati pada :
  1. metakomunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di balik kata-kata yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar contoh : tersenyum ketika sedang marah.
  1. penampilan personal.
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli-ascosi, 1990 dalam potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seseorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
  1. intonasi (nada suara).
Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti sebuah pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
  1. ekspresi wajah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yamg tampak melalui ekspresi wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
  1. sikap tubuh dan ekspresi wajah.
Sikap tubuh dan ekspresi  menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan fisik. Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat atau fraktur.
  1. sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, parawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindari sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan dapat diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

FASE-FASE “HELPING RELATIONSHIPS

Stuart dan Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang berkembang secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda. Fase hubungan tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Fase prainteraksi.
Pada fase prainteraksi, tugas keperawatan adalah (1) menggali perasaan, fantasi, dan rasa takut dalam diri sendiri; (2) menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri; (3) mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan; (4) merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
  1. Fase orientasi dan perkenalan.
Tugas keperawatan pada fase ini adalah (1) menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan; (2) membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; (3) menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien; (4) mengidentifikasikan masalah klien; (5) mendefinisikan tujuan dengan klien; (6) merumuskan bersama kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi, dan kerahasiaan.
  1. Fase kerja.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) pada fase kerja, keperawatan bertugas; (1) menggali stressor yang berhubungan; (2) meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan penggunaan mekanisme koping yang konstruktif; dan (3) membahas dan mengatasi perilaku resisten.
  1. Terminasi.
Dalam fase terakhir ini, keperawatan bertugas; (1) membina kenyataan tentang perpisahan; (2) meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan; dan (3) menggali bersama perasaan ditolak, kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang terkait lainnya.

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik komunikasi yang berbeda pula. Teknik komunikasi berikut ini, terutama menggunakan referensi dari Shives (1994), Stuart dan Sundeen (1995), Wilson dan Kneisl (1992), yaitu
  1. mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien, menyampaikan pesan non verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
  1. pandang klien ketika sedang berbicara,
  2. pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan,
  3. sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan,
  4. hindarkan gerakan yang tidak perlu,
  5. anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik,
  6. condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
  1. menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima apa yang dikatakan klien.
  1. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
  2. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
  3. Memastikan bahwa isyarat non verbal cocol dengan komunikasi verbal.
  4. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
  5. Perawat dapat menganggukkan  kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang Anda ucapkan “ (Cook, 1997).
  1. menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
  1. mengulang ucapan klien dengan menggunakan  kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh : K : “Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
P  : “Saudara mengalami kesulitan untuk tidur…….”
  1. mengklarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasikan dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti klien.
Contoh : – “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan “
- “Apa yang Anda katakan tadi adalah……………”
  1. memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.”
  1. menyatakan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertanya, memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh : – “Anda tampak tegang “
- “Apakah Anda merasa tidak tenang apabila Anda……………”
  1. menawarkan informasi
Tambahan informasi memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaannya., memberikan tambahan informasi merupakan penyuluhan kesehatan bagi klien perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi, tetepi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
  1. diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien  berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
  1. meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan selanjutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh : – “Selama beberapa jam, Anda dan saya telah membicarakan….”
  1. memberikan penghargaan
Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi, menghargai klien sebagai manusia seutuhnya mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras melakukan segalanya demi mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Peplau mengatakan: “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan yang demikian”.
Contoh : – “Selamat pagi Ibu Sri”, atau “Assalamualaikum”
- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut Ibu”
Dalam ajaran islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlak terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab
  1. menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya mengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh : – “Saya akan duduk bersama sebantar.”
- “Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”
  1. memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini, perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh : – “Adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?”
- “Apa yang sedang Saudara pikirkan?”
- “Darimana Anda ingin memulai pembicaraan ini?”
  1. menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Contoh: – “………teruskan….?”
- “………dan kemudian…..?”
- “Ceritakan kepada saya tentang itu…”
  1. menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Perawat akan dapat menemukan pola kesukaran interpersonal, dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh : – “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?”
- “Kapan kejadian tersebut terjadi?”
  1. menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segalanya dari perspektif. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh : – “Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Saudara ketika akan dioperasi”
- “Apa yang sedang terjadi?”
  1. refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan, maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengidentifikasi bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, untuk membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri. Menyadari bahwa perawat mengharapkan klien untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian daripada orang lain.
Contoh: K : “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P  : “Apakah menurut Anda , Anda harus mengatakannya?”
K : “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahkan tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya”
P : “ Ini menyebabkan Anda marah”.
LATIHAN
  1. Program latihan empati di rumah, dengan komunikasi dengan orang yang paling dekat, refleksikan kemampuan perawat dalam melatih menggunakan teknik komunikasi klarifikasi, refleksi dan membagi persepsi.
  2. Perawat dibagi kelompok masing-masing 3 orang, satu sebagai perawat, satu sebagai pasien, satu sebagai observer.
  3. Dengan skenario, perawat di poliklinik, bagaimana perawat berkomunikasi dengan pasien.
  4. Tugas observer :
  1. menilai perawat, bagaimana dia mendengar,
  2. memfokuskan pertanyaan,
  3. mengklarifikasi,
  4. teknik komunikasi yang digunakan,
  5. memperhatikan bahasa non verbal pasien dan perawat,
  6. melaporkan hasil observasi pada kelompok lain,
  7. masukan dari kelompok.
  1. Kesimpulan tentang beberapa yang penting dilatih terus dan melakukan refleksi tentang perasaan dan pikiran perawat pada saat menghadapi pasien.

RANGKUMAN

Kemampuan menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan, tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Cook, j.S., dan Fontaine, K.L. (1987). Essentials of Mental Health Nursing. California :addition-Wesley Publishing Company.
Kozier, B., dan Erb., G. (1992) Fundamental of Nursing : Concepts and Procedure. (2 nd ed). California : Addition Wesley Publishing  Company
Lindberg., J.B. Hunter, M.L., dan Kruszewki, A.Z. (1983). Introduction to Person-Centered Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Potter, P.A., dan perry, A.G., (1989). Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice. (2 nd ed). St Louis :  The Mosby Company.
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (3 rd ed). St. Louis : Mosby Year Book

Tidak ada komentar: