KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PENDAHULUAN
Hubungan
perawat pasien adalah hal penting dalam pelayanan keperawatan. Mata ajaran ini
mendeskripsikan tentang pengertian komunikasi terapeutik, hubungan profesional
antara perawat dan pasien, sehingga perawat mampu mempertanggungjawabkan
hubungan terepeutik dengan pasien. Dimana perawat adalah orang yang paling
dekat dan seharusnya memahami masalah pasien secara komprehensif sehingga
pelayanan kesehatan akan dilakukan secara menyeluruh.
Tujuan
instruksional umum (standar kompetensi)
- Perawat mampu melakukan teknik komunikasi terapeutik dengan pasien/klien.
Tujuan
instruksional khusus (kompetensi dasar)
- Mengetahui sifat hubungan perawat pasien.
- Mengidentifikasi definisi komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien.
- Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi.
- Menggunakan teknik-teknik komunikasi dengan klien.
- Menganalisa kemampuan komunikasi yang dipunyai oleh perawat.
KOMUNIKASI
TERAUPETIK
Perawat yang
memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi pelayanan keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi
yang paling penting telah mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia.
Dalam
tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik,
karakteristik, fase dan dimensi “helping relationship”, termasuk “therapeutic
use of self” untuk praktek keperawatan, serta sikap dan teknik komunikasi
terapeutik.
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK SABAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT
Perawat
harus memiliki tanggung jawab yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan
kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan
berkembang. Abdalati (1983), Bucauli (1978) dan Amsari(1995) menambahkan bahwa
sebagai orang yang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli.
Individu yang tidak peduli terhadap orang lain adalah seorang pendosa yang
mementingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya
Pasquali&Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care”
terdiri dari upaya yang melindungi, meningkatkan dan menjaga/mangabadikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam mencari arti dalam sakit,
penderitaan dan keberadaannya : membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri,…. Sesungguhnyalah setiap orang diajarkan
oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan bantuan. Perilaku menolong
sesama itu perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari
kepribadian.
PENGERTIAN
DAN KARAKTERISTIK “ HELPING RELATIONSHIPS “
Seorang
perawat profesional selalu mengupayakan untuk berprilaku terapeutik, yang
berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan hubungan terapeutik
diarahkan pada pertumbuhan klien yang menurut Stuart dan Sundeen (1995) dan
Limberg, Huter & Kruszweski (1983) meliputi
- realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri;
- indentitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi;
- kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai;
- peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Tujuan
hubungan terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping
relationship “ memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Kesadaran diri terhadap yang dianutnya.
Perawat
mampu menjelaskan tentang diri sendiri, keyakinan, apa yang menurutnya penting
dalam kehidupannya, baru kemudian ia akan mampu menolong orang lain menjawab
pertanyaan tersebut.
- Kemampuan untuk menganalisa perasaan sendiri.
Perawat
secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasaan antara lain
perasaan marah, duka dan frustasi.
- Kemampuan menjadi contoh peran.
Perawat
perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat termasuk mempertahankan
kesehatan agar dapat dicontoh orang lain.
- Altruistik.
Perawat
merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara manusiawi.
- Rasa tanggung jawab etik dan moral.
Tiap
keputusan yang dibuat selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang
menjunjung tinggi kesehatan/ kesejahteraan manusia.
- Tanggung jawab.
Dua dimensi
tanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagi
tanggung jawab dengan orang lain.
Dengan
karakteristik tersebut, diharapkan perawat akan mampu menggunakan dirinya
sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya
perawat untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan
diri, dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain sangat diperlukan dalam “therapeutic
use of self”. Menggunakan diri secara terapeutik memerlukan integrasi dari
ketiga kemampuan tersebut (Achir Yani, 1995).
JENIS
KOMUNIKASI
Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang pernah terjadi antara sedikitnya dua orang
atau lebih dalam kelompok kecil, terutama dalam bentuk tatap muka dan paling
sering digunakan dalam pelayanan keperawatan. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan
pertumbuhan personal.Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990),
Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal,
tertulis dan non verbal.
KOMUNIKASI
VERBAL
Jenis
komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi
verbal yang efektif harus :
- jelas dan ringkas.
Komunikasi
yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang
penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan dimana. Ringkasnya, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. “ Katakan kepada saya
dimana rasa nyeri anda” lebih baik dari pada “saya ingin anda menguraikan
kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”.
- perbendaharaan kata.
Komunikasi
tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika digunakan oleh perawat, klien menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti oleh klien. Dari pada mengatakan “duduk, sementara saya
akan mengauskultasi paru-paru anda“ akan lebih baik jika dikatakan “duduklah
sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
- arti denotatif dan konotatif.
Arti
denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Kata “serius” dipahami oleh klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata “kritis” untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien,
perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah
disalahtafsirkan. Terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
terapi dan kondisi klien.
- selaan dan kecepatan bicara.
Kecepatan
dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.
Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap
klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak
jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat
dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum
mengucapkannya, menyimak isyarat non verbal dari para pendengar yang mungkin menunjukkan
ketidakmengertian. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia
berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
- waktu dan relevansi.
Waktu yang
tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan,
tidak waktunya menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara
jelas dan singkat, tetapi waktu yang tidak tepat dapat menghalangi penerimaan
pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan
waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna
jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
- humor.
Dugan (1998)
menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa
humor merangsang produksi catecholamines , mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernafasan dan meningkatkan metabolisme. Namun perawat
perlu berhati-hati jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak
enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
KOMUNIKASI
NON VERBAL
Komunikasi
non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara
yang paling tepat dan menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, kareana isyarat
non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempersepsikan
pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien, mendeteksi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi
non verbal teramati pada :
- metakomunikasi.
Komunikasi
tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara
dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di balik
kata-kata yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar
contoh : tersenyum ketika sedang marah.
- penampilan personal.
Penampilan
seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan
penampilannya (Lalli-ascosi, 1990 dalam potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik,
cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan,
agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat
mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seseorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
- intonasi (nada suara).
Nada suara
pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti sebuah pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien
dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
- ekspresi wajah.
Hasil suatu
penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yamg tampak melalui ekspresi
wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal. Kontak
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat
dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya
tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
- sikap tubuh dan ekspresi wajah.
Sikap tubuh
dan ekspresi menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan fisik.
Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti
rasa sakit, obat atau fraktur.
- sentuhan.
Kasih
sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, parawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit
untuk menghindari sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl
(1992) menyatakan bahwa perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan dapat diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan
kepekaan dan hati-hati.
FASE-FASE “HELPING
RELATIONSHIPS”
Stuart dan
Sundeen (1995) mengenalkan empat fase “helping relationships” yang
berkembang secara berurutan dan tiap fase mempunyai tugas yang berbeda. Fase
hubungan tersebut adalah sebagai berikut.
- Fase prainteraksi.
Pada fase
prainteraksi, tugas keperawatan adalah (1) menggali perasaan, fantasi, dan rasa
takut dalam diri sendiri; (2) menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesional diri sendiri; (3) mengumpulkan data tentang klien jika
memungkinkan; (4) merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
- Fase orientasi dan perkenalan.
Tugas
keperawatan pada fase ini adalah (1) menetapkan alasan klien untuk mencari
bantuan; (2) membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka;
(3) menggali pikiran, perasaan dan tindakan klien; (4) mengidentifikasikan
masalah klien; (5) mendefinisikan tujuan dengan klien; (6) merumuskan bersama
kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat
pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi, dan kerahasiaan.
- Fase kerja.
Menurut
Stuart dan Sundeen (1995) pada fase kerja, keperawatan bertugas; (1) menggali
stressor yang berhubungan; (2) meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan
penggunaan mekanisme koping yang konstruktif; dan (3) membahas dan mengatasi
perilaku resisten.
- Terminasi.
Dalam fase
terakhir ini, keperawatan bertugas; (1) membina kenyataan tentang perpisahan;
(2) meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan; dan (3) menggali bersama
perasaan ditolak, kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang
terkait lainnya.
TEKNIK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien
tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik komunikasi yang berbeda
pula. Teknik komunikasi berikut ini, terutama menggunakan referensi dari Shives
(1994), Stuart dan Sundeen (1995), Wilson dan Kneisl (1992), yaitu
- mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha
mendengarkan klien, menyampaikan pesan non verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
- pandang klien ketika sedang berbicara,
- pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan,
- sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan,
- hindarkan gerakan yang tidak perlu,
- anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik,
- condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
- menunjukkan penerimaan
Menerima
tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat
kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti
mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini
menunjukkan sikap perawat yang menerima apa yang dikatakan klien.
- Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
- Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
- Memastikan bahwa isyarat non verbal cocol dengan komunikasi verbal.
- Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
- Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang Anda ucapkan “ (Cook, 1997).
- menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan
perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan
gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
- mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan
mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena
pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh : K :
“Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
P :
“Saudara mengalami kesulitan untuk tidur…….”
- mengklarifikasi
Apabila
terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasikan dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat
penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan
benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti klien.
Contoh : –
“Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan “
- “Apa yang
Anda katakan tadi adalah……………”
- memfokuskan
Metode ini
dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa
informasi yang baru.
Contoh: “Hal
ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.”
- menyatakan hasil observasi
Perawat perlu
memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertanya, memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh : –
“Anda tampak tegang “
- “Apakah
Anda merasa tidak tenang apabila Anda……………”
- menawarkan informasi
Tambahan
informasi memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaannya., memberikan tambahan informasi merupakan penyuluhan kesehatan bagi
klien perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu
mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien
ketika memberikan informasi, tetepi memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.
- diam
Diam
memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikirannya.
Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak
maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.
- meringkas
Meringkas
adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode
ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan selanjutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat
mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan
pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh : –
“Selama beberapa jam, Anda dan saya telah membicarakan….”
- memberikan penghargaan
Memberikan
salam kepada klien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi, menghargai klien sebagai manusia seutuhnya mempunyai
hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan
tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai
klien berusaha keras melakukan segalanya demi mendapatkan pujian dan
persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan
bahwa yang ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Peplau
mengatakan: “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat
mengatakan yang demikian”.
Contoh : –
“Selamat pagi Ibu Sri”, atau “Assalamualaikum”
- “Saya
perhatikan Ibu sudah menyisir rambut Ibu”
Dalam ajaran
islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlak terpuji, karena
berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam
menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan
akrab
- menawarkan diri
Klien
mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya mengerti. Seringkali perawat hanya
menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
Contoh : –
“Saya akan duduk bersama sebantar.”
- “Saya
ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”
- memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi
kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Biarkan klien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Untuk klien yang
merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini,
perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia
diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh : –
“Adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?”
- “Apa yang
sedang Saudara pikirkan?”
- “Darimana
Anda ingin memulai pembicaraan ini?”
- menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini
menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengidentifikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha
untuk menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Contoh: –
“………teruskan….?”
- “………dan
kemudian…..?”
- “Ceritakan
kepada saya tentang itu…”
- menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan
Mengurutkan
kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam
suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan
klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
Perawat akan dapat menemukan pola kesukaran interpersonal, dan memberikan data
tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Contoh : –
“Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?”
- “Kapan
kejadian tersebut terjadi?”
- menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila
perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segalanya dari perspektif.
Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala
ansietas.
Contoh : –
“Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Saudara ketika akan dioperasi”
- “Apa yang
sedang terjadi?”
- refleksi
Refleksi
menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan
dan kerjakan atau rasakan, maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?”
atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengidentifikasi bahwa
pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapatnya, untuk membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri. Menyadari
bahwa perawat mengharapkan klien untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun
akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian daripada orang
lain.
Contoh: K :
“Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P :
“Apakah menurut Anda , Anda harus mengatakannya?”
K : “Suami
saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahkan tidak menelpon saya,
kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya”
P : “ Ini
menyebabkan Anda marah”.
LATIHAN
- Program latihan empati di rumah, dengan komunikasi dengan orang yang paling dekat, refleksikan kemampuan perawat dalam melatih menggunakan teknik komunikasi klarifikasi, refleksi dan membagi persepsi.
- Perawat dibagi kelompok masing-masing 3 orang, satu sebagai perawat, satu sebagai pasien, satu sebagai observer.
- Dengan skenario, perawat di poliklinik, bagaimana perawat berkomunikasi dengan pasien.
- Tugas observer :
- menilai perawat, bagaimana dia mendengar,
- memfokuskan pertanyaan,
- mengklarifikasi,
- teknik komunikasi yang digunakan,
- memperhatikan bahasa non verbal pasien dan perawat,
- melaporkan hasil observasi pada kelompok lain,
- masukan dari kelompok.
- Kesimpulan tentang beberapa yang penting dilatih terus dan melakukan refleksi tentang perasaan dan pikiran perawat pada saat menghadapi pasien.
RANGKUMAN
Kemampuan
menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman
perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan, tetapi dalam dimensi
nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang
terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi
perawat.
DAFTAR
PUSTAKA
Cook, j.S.,
dan Fontaine, K.L. (1987). Essentials of Mental Health Nursing.
California :addition-Wesley Publishing Company.
Kozier, B.,
dan Erb., G. (1992) Fundamental of Nursing : Concepts and Procedure. (2
nd ed). California : Addition Wesley Publishing Company
Lindberg.,
J.B. Hunter, M.L., dan Kruszewki, A.Z. (1983). Introduction to
Person-Centered Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Potter,
P.A., dan perry, A.G., (1989). Fundamentals of Nursing Concepts, Process and
Practice. (2 nd ed). St Louis : The Mosby Company.
Stuart,
G.W., dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (3 rd ed). St. Louis : Mosby Year Book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar