ISB
(Ilmu Sosial Budaya)
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya masyarakat
Indonesia
serta Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Oleh:
1.
Fiana Anjasari (110601051)
2.
Zuni Rakhmad (110601074)
3.
Boris Prasetyo (110601044)
4.
Angga Maulana S (110601041)
5.
Kiki
Hermastutik (110601054)
6.
Novikah Widya Yuni A (110601061)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
S1 KEPERAWATAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puja
dan puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai kenikmatan sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul ”ISB (
Ilmu Sosial Budaya Dasar)” ini kami harapkan bisa bermanfaat bagi para pembaca
khususnya mahasiswi STIKES PEMKAB Jombang prodi S1 keperawatan, sehingga
mahasiswi STIKES PEMKAB Jombang bisa lebih mengerti dan mendalami tentang
materi yang termasuk Ormenkes.
Kami atas nama kelompok
meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam pembuatan makalah tersebut, karena
kami juga masih dalam tahap belajar. Kritik dan saran senantiasa kami buka demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………...................................
KATA PENGANTAR……………………………………….....................................
DAFTAR ISI…………………………………………………....................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Tujuan........................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah
....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi konsep
Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Batak.....
2.2 Identifikasi konsep
Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Banda Aceh
............................................................................................................
2.3 Identifikasi konsep
Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Minagkabau .................................................................................................
2.4 Definisi Masyarakat Perdesaan dan
Perkotaan.............................................
2.5 Ciri-ciri Masyarakat Perdesaan dan
Perkotaan.............................................
2.6 Perbedaan Masyarakat Perdesaan dan
Perkotaan.........................................
2.7 Hubungan masyarakat perdesaan danperkotaan...........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam
satu komunitas yang teratur.
Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan
untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga
dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai
individu. Dari segi perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak
dibuat - oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama
dalam pengkajian sains sosial.
Perkataan society datang daripada bahasa
Latin societas, "perhubungan baik dengan orang lain".
Perkataan societas diambil dari socius yang bererti
"teman", maka makna masyarakat itu adalah berkait rapat dengan apa
yang dikatakan sosial. Ini bermakna telah tersirat dalam kata masyarakat bahawa
ahli-ahlinya mempunyai kepentingan dan matlamat yang sama. Maka, masyarakat
selalu digunakan untuk menggambarkan rakyat sesebuah negara.
Walaupun setiap masyarakat itu berbeda, namun cara
ia musnah adalah selalunya sama: penipuan, pencurian, keganasan, peperangan dan
juga kadangkala penghapusan etnik jika perasaan perkauman itu timbul.
Masyarakat yang baru akan muncul daripada sesiapa yang masih bersama, ataupun
daripada sesiapa yang tinggal.
Melihat dari berbagai aspek yang ada, baik kita lihat secara
langsung ataupun melalui media informasi, baik cetak maupun media elektronik,
bahwa betapa fenomena hidup yang ada dipedesaan mulai mengalami pergeseran
nilai, norma serta adat istiadat yang
tidak lagi dihiraukan oleh banyak penduduk desa yang ingin merasa kehidupannya
berubah, baik ekonomi maupun status sosialnya. Serta fenomena kehidupan
perkotaan yang mempunyai motto hidup “Biar tekor asal Tersohor”
menjadi sebuah gaya hidup serba boleh, walaupun itu melabrak norma-norma hukum
lebih-lebih norma agama.
1.2 TUJUAN
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti identifikasi konsep masyarakat dan sosial budaya
masyarakat Indonesia (Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat mengerti dan menjelaskan pola bentuk desa dan bentuk
rumah(Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti masyarakat dan sistem kemasyarakatan(Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat mengerti dan menjelaskan mata pencaharian (Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti sistem kekerabatan (Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti sistem religi(Batak,Minangkabau,Aceh)
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti definisi
perkotaan dan perkotaan
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti ciri-ciri
masyarakat perdesaan dan perkotaan
·
Mahasiswa
dapat menjelaskan dan mengerti perbedaan masyarakat perdesaan dan perkotaan
1.3 RUMUSAN MASALAH
·
bagaimanakah identifikasi konsep masyarakat dan sosial
budaya masyarakat indonesia di daerah
Batak, Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Bagaimanakah pola bentuk desa dan bentuk rumah masyarakat Batak, Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Bagaimana mata pencaharian masyarakat Batak, Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Bagaimana
sistem kekerabatan masyarakat Batak, Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Bagaimana masyarakat dan sistem kemasyarakatan masyarakat Batak,
Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Bagaimana sistem religi masyarakat Batak, Banda Aceh dan Minagkabau?
·
Apakah definisi perdesaan dan perkotaan?
·
Apakah ciri-ciri perdesaan dan perkotaan?
·
Apakah perbedaan perdesaan dan perkotaan?
·
Apakah
hubungan perdesaan dan
perkotaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Batak
DAERAH BATAK
1.
IDENTIFIKASI
Orang batak dewasa ini, untuk bagian
terbesarmendiami daerah pegunungan Sumatra Utara, mulai dari perbatasan daerah
istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan dengan riau dan Sumatra barat
disebelah selatan. Selain dari pada itu, orang batak juga mendiami tanah datar
yang berada didaerah pegunungan dengan pantai timur Sumatra utara dan pantai
barat Sumatra utara. Dengan demikian, maka orang batak ini mendiami: dataran
Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba,
Humbang, Silindung, Angkola, dan Mandailing dan kabupaten Tapanuli tengah.
2.
POLA
PERKAMPUNGAN DAN BENTUK RUMAH
Pengertian desa. Seperti halnya pada
lain-lain suku bangsa di Indonesia. Orang batak itu, untuk sebagian besar masih
hidup di daerah pedesaan. Dikalangan orang batak ada beberapa pengrertian yang
bermaksud untuk menyatakan kesatuan territorial di pedesaan itu. Ialah: huta,
kuta, lumban, sosor, bius, pertahian, urung dan pertumpukan.
Rumah batak disebut ruma, atau jabu
(bahasa toba) atau rumah (bahasa karo). Bagian dari rumah itu dikalangan
orang batak karo disebut jabu.
3.
MATA
PENCAHARIAN
Orang batak bercocok tanam padi disawah
dengan irigasi, tetapi masih banyak juga, terutama di antara orang karo,
simalungun dan pakpak yang masih bercocok tanam di lading, yang dibuka di hutan
dengan cara menebang dan membakar.
4.
SISTEM KEKERABATAN
Perkawinan
Perkawinan pada orang batak pada umumnya merupakan suatu
pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang wanita. Kaum
kerabat dari si laki-laki (sipempokan dalam bahasa Karo, paranak dalam bahasa
Toba) dengan kaum kerabat dari si wanita
(sinerah dalam bahasa Karo, parboru dalam bahasa Toba). Perkawinan yang
dianggap ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan antara orang-orang
rimpal(marpariban dalam bahasa Toba) ialah antara seorang laki-laki dengan anak
perempuan saudara laki-laki ibunya. Dengan demikian maka seorang laki-laki
Batak sangat pantang kawin dengan orang wanita dari marganya sendiri dan juga
dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah.
5.
SISTEM
KEMASYARAKATAN
Strtifakasi Sosial. Stratifikasi social
orang batak yang didalam kehidupan sehari-hari mungkin tidak amat jelas
terlihatnya, berdasarkan tiga prinsip ialah: (a) perbedaan tingkat umur, (b)
perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat dan keaslian dan, (d) status
kawin.
Adapun system pelapisan sosial yang
berdasarkan perbedaan umur itu, tampak dalam perbedaan hak dan kewajiban,
terutama dalam upacara adat, tetepi juga dalam hal menerima warisan antara anak
dan pemuda-pemuda (danak-danak), orang setengah usia (kalak singuda), dan orang-orang
tua (tua-tua).
System pelapisan social yang
berdasarkan pangkat dan jabatan tampak dalam kehidupan social sehari-hari.
Lapisan yang paling tinggi adalah lapisan bangsawan, keturunan raja-raja dan
kepala-kepala wilayah dulu. Lapisan ini disebut lapisan biak raja. Lapisan
dibawahnya adalah lapisan ginemgem (karo). Di antara mereka ada jabatan-jabatan
yang dianggap lebih terhormat dari yang lainya, sehingga orangnya juga
dipandang menduduki lapisan elite dari rayat ialah dukun, tukamg yang mempunyai
keahlian (pandai besi, pandai emas, tukang kayu dan sebagainya), pemukul alat
bunyi-bunyian dan penyanyi (paarune dalam bahasa karo, pargonci dalam bahasa
Toba)
6.
SISTEM
RELIGI
Agama Islam dan agama Kristen protestan
masuk ke daerah orang batak. Sejak
permulaan abad ke-19. Agama islam disiarkan oleh orang minagkabausejak
kira-kira tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang batak
selatan, seperti orang mandailing dan ang, kola, sedangkan agama Kristen
disiarkan ke daerah toba dan simalungun oleh organisasi penyiar agama dari
jerman 10 kira-kira sejak tahun 1863 dan kedaerah karo oleh organisasi belanda
11 kira-kira pada masa yang sama.
2.2
Identifikasi konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Banda Aceh
DAERAH ACEH
Daerah aceh tidak hanya
berisi daratan yang tergabung dalam bagian utara pulau Sumatra sebagai satu ke
satuan, akan tetapi meliputi beberapa pulau seperti pulau Simeulu, pulau We,
pulau breueh, dan pulau-pulau kecil yang jumlahnya tidak sedikit.
1.
IDENTIFIKASI
Aceh merupakan priinsi
yang paling ujung letaknya disebelah utara pulau Sumatra. Daerah ini dapat
dikatakan luas 55.390 km2. Batas yang paling utara dari negara
Indonesia adalah salah satu Pulau, Pulau We yang termasuk daerah Aceh, yang
terletak dilintang utara 60. Daerah yang luas ini di bagi dalam
delapan daerah tingkat II (Kabupaten) ialah: Aceh besar, Pidie, Aceh utara,
Aceh timur, Aceh tengah, Aceh tenggara, Aceh Barat dan Aceh selatan.
Bermacam-macam nama diberikan kepada daerah Aceh yang sering tampaknya tidak
ada hubungan satu sama lain.
2.
POLA BENTUK
DESA DAN BENTUK RUMAH
Pola
perkampungan desa .desa bagi orang aceh disebut gampong.setiap gampong terdiri
atas kelompok rumah yang letaknya berdekatan satu sama lain dan setiap desa
mempunyai 50 sampai 100 buah rumah.
desa ini merupakan pusat kehidupan masyarakat,yang termasuk ke dalam masyarakat hukum teritorial yang terkecil.
desa ini merupakan pusat kehidupan masyarakat,yang termasuk ke dalam masyarakat hukum teritorial yang terkecil.
Rumah orang aceh
didirikan di atas tiang kayu atau bambu,berdasarkan pada kemampuan
orang.tujuannya semata-mata dulunya adalah untuk menghindari dari serangan
binatang buas dan banjir.
Kegiatan penduduk desa
sangat besar bagi kemajuan desa tersebut.setiap penduduk desa mempunyai
kewajiban melakukan ibadah bersama-sama.
Membangun bersama-sama tempat ibadah ,seperti masjid dan meunasah (madrasah).kebersihan
dan kesehatan desa mendapat perhatian penuh dari angota-anggota desa.ini tampak
dari usaha mereka untuk memperbaiki saluran-saluran air,jalan-jalan desa dan
secara gotong royong membersihkan desa dari semak belukar.
3.
MATA
PENCAHARIAN
Bercocok tanam di sawah.orang-orang aceh
umumnya hidup dari hasil sawah mereka ,yaitu padi .padi disini adalah makanan
pokok sehari-hari
Bercocok tanam di
ladang. Di samping menggarap
sawah,ada juga orang Acehyang masih bekerja di ladang.kebanyakan ladanng-ladang
mereka letaknya jauh dari desa.mereka membuka ladang dengan sistem menebang dan
membakar bagian hutan yang letaknya dilereng-lereng gunung dan bukit-bukit.
Peternakan
sapi dan kerbau
Peternakan sapi dan kerbau banyak
dilakukan penduduk di Aceh.hampir setiap rumah penduduk kelihatannya mempunyai
sapi dan kerbau.kebanyakan dari peternak-peternak itu fungsi lainnya adalah
sekkedar untuk disembelih dan dijual.
Berdagang
Perdagangan merupakan aktivitas yang
terpenting bagi masyarakat Aceh.yang menjadi obyek perdagangan ialah hasil
sawah mereka berupa padi.
Mata uang boleh dikatakan telah mereka
kenal sejak dulu,malah pada saat ini mereka telah dapat mempergunakan bank
sebagai tempat penyimpanan uang dan telah mengenal pula sistem pembayaran
dengan menggunakan cek.Bagi rakyat yang tinggal dipesisir ,maka hasil
perdagangan mereka adalah ikan.penghasilan itu dapat dikatakan belum
memuaskan,karena alat-alat yang mereka gunakan untuk menangkap ikan masih
merupakan alat-alat sederhana sekali.
4. SISTEM KEKERABATAN
Perkawinan
Menurut kepercayaan orang-orag aceh,maka
perkawinan itu merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh agama.persoalan
seks disini tidak merupakan faktor yang menentukan.mencari dan menetapkan jodoh
itu bagi masyarakat aceh membutuhkan syarat-syarat tertentu.pertama,yang
mencari jodoh itu adalh orang tua.kedua,ialah memilih jodoh anak
mereka,berdasarkan pada keturunan dan fungsi sosial dari keluarga si
gadis.sebaliknya orang tua sigadis menerima lamaran itu sesuai pula dengan
ketentuan diatas.sehingga hal ini berlaku secara timbal balik
Sistem
perkawinan berbentuk matrilokal ( suami
tinggal dirumah istri) .
Kelompok kekerabatan
Di
aceh,seperti didaerah lain di indonesia ,kelompok kekerabatan terkecil adalah
keluarga – batih,ialah ayah,ibu dan anak-anak yang belum kawin.anak-anak yang
telah kawin membentuk lagi keluarga –batih.di dalam sebuah rumah terdapat satu
keluarga-batih dan kadang-kadang dua keluarga batih.
5. MASYARAKAT DAN SISTEM KEMASYARAKATAN
Dulu kesatuan-kesatuan teritorial dari
bentuk yang terkecil sampai kepada yang terbesar di Aceh mempunyai urutan
sebagia berikut:
1.gampong(desa)
2.mukim(kumpulan
desa-desa)
3.daerah
ulee dalam(distrik)
4.daerah
sagoe(kumpulan beberapa mukim)
5.daerah
sultan.
Pemerintah
gampong terdiri dari beberapa pejabat, ialah ::
1.keusyik
atau kepala gampong.
Jabatan
ini bersifat turun menurun dan diresmikan oleh ulee balang.
2.teungku,atau
lebih tepat teungku meunasa.
Pejabat
ini bertindak sebagai kepala agama dalam desa.jabatan ini tidak bersifat
turun-menurun.
3.ureung
tua
Mereka
merupakan wakil-wakil rakyat dan dipilih,dan ikut serta membicarakan
kepentingan desa. Urutan
dalam daerah ini sendiri di pegang langsung oleh ule balang tanpa campur tangan
sultan.
6. SISTEM RELIGI
Aceh
adalah daerah di indonesia yang pertama-tama dimasuki islam.orang aceh umumnya
pengikut imam madzhab sjafii.agama islam lebih menonjol dalam segala bentuk dan
manifestasinya di dalam masyarakat,biarpun pengaruh adat tidak hilang sama
sekali.sehubungan dengan itu,kelihatanlah bahwa agama islam di aceh telah
mempengaruhi sifat kekeluargaan,seperti perkawinan , harta waris dan
kematian.dengan berlakunya syariah islam diaceh dengan maka seluruh pelanggaran
antara orang-orang maupun golongan lebih banyak diputuskan berdasarkan hukum
islam.lembaga yang mengadili perkara-perkara itu adalah peradilan agama
islam.walaupun orang aceh hampir semuanya beragama islam,namun gereja terdapat
juga di aceh.gereja-geraja ini umumnya didirikan oleh belanda dan sedikit
adanya gereja-gereja baru.
Upacara islam dan
pemimpin upacara
Makan
bersama(kenduri) adalah suatu unsur yang penting dalam upacara keagamaan.upacar
kenduri ini biasanya dilakukan sebagai unsur-unsur dalam upacara – upacara
sekitar lingkaran individu dan upacara kematian.
2.3 Identifikasi konsep Masyarakat dan Sosial Budaya
Masyarakat Minagkabau
DAERAH MINANGKABAU
1.IDENTIFIKASI
Kalau
kita berbicara tentang suku bangsa minang kabau dan kebudayaannya, sama halnya dengan
berbicara tentang banyak suku bangsa lain di indonesia,kita tak dapat
mengabaikan perubahan yang telah berjalan sejak beberapa lama itu dan yang
telah menghilangkan homogenitas yang dulu ada.apa yang dianggap dulunya sebagai
daerah kebudayaan minang kabau,mungkin sekarang telah banyak kemasukan unsur
lain.tidak setiap penduduknya dapat dianggap sebagai pemangku kebudayaan minang
kabau dan sebaliknya,tidak setiap orang yang dari ayah dan ibunya adalah
keturunan minang kabau dapat dikatakatan sebgi pendududk kebudayaan minang
kabau.terutama kalau mereka dibesarkan diluar daerah kebudayaan minang kabau.
2. POLA BENTUK
DESA DAN BENTUK RUMAH
Desa
yang disebut nagari dalam bahasa minang kabau kadang-kadang terdiri dari dua
bagian utama yaitu daerah nagari dan daerah taratak.nagari ialah daerah
kediaman utama dan dianggap pusat bagi sebuah desa.hanya berbeda dengan taratak
yang dianggap sebagai daerah hutan dan ladang.kalau ada orang yang diam
ditaratak ini,maka orang itu dianggap sebagai orang yang bertugas untuk menjaga
dan mengerjakan tanah yang ada disitu dan biasanya tanah itu bukan
kepunyaannya.
3.MATA PENCAHARIAN
Sebagian
terbesar dari orang minang kabau hidup dari tanah.di daerah yang subur dengan
cukup air yang tersedia kebanyakan orang mengusahakan sawah,sedangkan pada
daerah subur yang tinggi banmyak orang menanam sayur-mayur untuk
perdagangan,sebagai kubis,tomat dan sebagainya.pada daerah-daerah yang tidak
begitu subur kebanyakan penduduknya hidup dari tanaman seperti pisang,ubi kayu
dan sebagainya.sebenarnya tidak ada pemisahan yang jelas antara ketiga macam
tanaman tadi,karena banyak diantara mereka yang menjalankan ketiga hal itu
sekali jalan.pada daerah pesisir,kalau mereka hidup dari tanah,maka mereka
hidup juga dari hasil kelapa.disampin hidup dari pertanian,penduduk yg diam
dipinggir laut atau dipinggir danau-danau juga dapat hidup dari hasil
penangkapan ikan,tetapi kebanyakan bagi mereka penangkapan ikan adalah
matapencarian saja.selain dari pertanian ada juga yang hidup dari kerajinan
tangan.kerajinan tangan ialah kerajinan perak,dan kerajinan tangan songket.
4.SISTEM KEKERABATAN
menurut garis matriliniar.seorang termasuk
keluarga ibunya dan bukan keluarga ayahnya.seorang ayah berada diluar keluarga
anak dan istrinya.anggota dari sebuah keluarga pada masyarakat minang kabau
dapat diperhitungkan sebagai berikut(dengan memperhitungkan dua generasi diatas
ego laki-laki dan satu generasi dibawahnya).ibu-ibu; saudara perempuan dan
laki-laki ibu-ibu; saudara laki-laki dan perempuan ibu;anak laki-laki dan
perempuan saudara perempuan ibu-ibu Ego;saudara laki-laki dan perempuan
ego;anak lakig-laki dan perempuan saudara perempuan ibu;anak laki-laki dan
perempuan saudara perempuan ibu-ibu.
Kesatuan
keluarga yang terkecil atas dasar prinsip terurai diatas adalah paruit(perut)
.dalam sebagaian masyarakat minang kabau,ada kesatuan kampueng yang memisahkan
paruik dengan suku sebagai kesatuan kekerabatan.
Suku
dalam kekerabatan minang kabau menyerupai suatu klaim matriliniar dan jodoh
harus dipilih diluar suku.
5.SISTEM KEMASYARAKATAN
Kecuali
kelompok-kelompok kekerabatan seperti paruik , kampueng dan suku terurai
diatas,masyarakat minang kabau tidak mengenal organisasi-organisasi masyarakat
yang bersifat adat yang rena lain.demikian intruksi-intruksi dan aturan
pemerintah,soal administratif masyarakat pedesaan,sering kali disalurakan
kepada penduduk desa melalui penghulu suku dan penghulu andiko.sebuah suku
disamping mempunyai seorang penghulu suku,juga mempunyai seorang dubalang dan
manti.dubalang bertugas menjaga keamanan sebuah suku,sedangkan manti berhubungan
dengan tugas-tugas keamanan.adapun kampueng tak perlu kita perhatikan benar ,
karena tidak seluruh desa minang kabau mempunyai pembagian kampueng sebagai
kesatuan yang lebih kecil dari suku.
Mennurut
konsepsi orang minang kabau,perbedaan lapisan sosial ini dinyatakan dengan
istilah-istilah sebagai berikut ::
Kemanakan
tali tariuk,kemanakan tali budi,kemanakan tali ameh dan kemanakan bawah lutuik.
6. SISTEM RELIGI
Kalau
ada seorang minang kabau yang tidak menganut agama islam,maka hal itu adalah
suatu keganjilan yang mengherankan,walaupun kebanyakan dari orang minang kabau
mungkin menganut agama itu secara
nominal,tanpa melakukan ibadahnya.mereka boleh dikatakan tidak mengenal
unsur-unsur kepercayaan lain kecuali apa yang diajarkan oleh islam kalau berada
dalam keadaan biasa;mereka hanya percaya kepada tuhan sebagai yang diajarkan
islam.walaupun demikian dalam keadaan yang luar biasa,banyak yang juga percaya
tentang adanya hal-hal yang tidak diajarkan oleh islam.sehubungan dengan
kesanggupan dan kekuatan-kekuatan gaib yang tertentu.
Dalam
masyarakat minang kabau sebagai yang kelihatan sekaranag ini,hampir tidak ada
upacara-upacara keagamaan yang penting dan khas.yang dialakukan menurut
aturan-aturan agama islam.walaupun demikian,dulu ada upacara-upacara keagamaan
yang penting seperti misalny upacara tabuik ,upacara khitan,upacara
katam,mengaji dan upacara ,memperingati orang mati.dalam organisasi masyarakat
minang kabau kemasyarakatan minang kabau,dalam rangka suku ada jabatan adat
yang mengandung tugas-tugas keagamaan,yaitu keahliannya tetapi karena
kedudukannya dalam suku.
Ada
jabatan lain dengan tugas-tugas keagamaan dalam tingkat desa,yaitu angku kali,
atau kadi.dalam berbagai desa,di samping tugasnya yang utama sebagai petugas
yang mengawinkan orang,dia kadangkala juga bertugas untuk memelihara masjid dan
kalau perlu menjadi imam atau katib pada setiap sembahyang jum’at.
2.4 Definisi Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan
MASYARAKAT PEDESAAN
Pengertian pedesaan menurut Sutardjo kartohadi kusuma
mengemukakan, desa adalah suatu kesatuan
hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Menurut bintarto,desa merupakanperwujudan atau kesatuan
geografi, sosial ekonomi politik,dan kultural yang terdapat di situ, dalam
hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
MASYARAKAT PERKOTAAN
Masyarakat perkotaan sering di sebut juga urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih di tekankan pada sifat sifat kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau
lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
2.5 Ciri-ciri Masyarakat Perdesaan dan
Perkotaan
CIRI-CIRI
MASYARAKAT PEDESAAN
1.
Di dalam masyrakat pedesaan di
antara warganya mempunyai hubungan lebih mendalm dan erat bila
dibandingkandengan pedesaan lainya diluar batas-batas wilahnya.
2.
Sistem kehidupan umumnya
berkelompok dengan dasar kekeluargaan/paguyuban.
3.
sebagian besar warga masyarakat
pedesaan hidup dari pernian, pekerjaan –pekejaan yang bukan pertanian merupakn
pekerjaan sambilan yang biasanya sebagai
pengisi waktu luang.
4.
Masyarakat tersebut homogen,
seperti dalam hal mata pencarian,agama,adat istiadat dan sebagainya.
Tetapi, sebenarnya di dalam
masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, diantaranya:
a.
Konflik (Pertengkaran)
b.
KontraversiPertentangan)
c.
Kompetisi (Persiapan)
d.
Kegiatan pada masyrakat
pedesaan
CIRI-CIRI MASYARAKAT PERKOTAAN
1.
Kehidupan keagamaan berkurang
bila dibandingkan dengankehidupan keagamaan di desa.Cara kehidupan
perkotaanmempunyai kecenderungan ke arah keduniawian,bila di bandingkan dengan
kehidupan warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.
2.
Orang kota pada umumnya dapat
mengurus diri sendiri tanpa bergantung pada orang-orang lain.
3.
Pembagian kerja di antara
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas- batas yang nyata.
4.
lebih mudah mendapatkan
pekerjaan.pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam
bidang bertani. Lain halnya di kota ,pembagian kerja sudah meluas, sudah ada
macam-macam kegiatan industri,sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor
pekerjaan.
5.
jalan pikiran rasional yang
pada umumnya di anut oleh masyarakat perkotaan
6.
jalan kehidupan yang cepat di
kota-kota,mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota,sehingga
pembagian waktu yang teliti sangat penting.Untuk mengejar kebutuhan- kebutuhan
seorang individu.
7.
perubahan-perubahan sosial
tampak dengan nyata di kota-koya, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaru-pengaruh dari luar.hal ini sering menimbulkan pertentangan
antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu golongan muda yang
sepenuhnya belum terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola
barudalam kehidupannya.
2.6 Perbedaan Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan
Perbedaan
antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai
hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat
modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya
bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan
masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri.
Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur
serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
"berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat
diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan
|
Masyarakat Kota
|
Perilaku homogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan
dan kebersamaan
Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan
status
Isolasi sosial, sehingga statik
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
Kolektivisme
|
Perilaku heterogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan
diri dan kelembagaan
Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
Mobilitas
sosial, sehingga dinamik
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nilai-nilai
sekular Individualisme
|
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan
(Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi
sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem
kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya
tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian,
hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah
pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai,
ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada
beberapa ciri yang dapat dipergunakan
sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat
perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan
dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat
pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1)
jumlah dan kepadatan penduduk
2)
lingkungan hidup
3)
mata pencaharian
4)
corak kehidupan sosial
5)
stratifiksi sosial
6)
mobilitas sosial
7)
pola interaksi sosial
8)
solidaritas sosial
9)
kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
2.7 Hubungan masyarakat perdesaan danperkotaan
Hubungan Desa-kota, hubungan
pedesaan-perkotaan.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang
terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara
keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara
mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan
warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan
tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan.
Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak.
Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanam
mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai
menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk
melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang
tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut
sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas
pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan
kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang
kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota
makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa
melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi
kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah
atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan
besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan
banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat
kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk,
prilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak
terjadi; (iv) ko-operasi kota-desa,
pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari
keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang
kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah
berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan
dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a). Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan
tersebut maka timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa
urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan.
b)
Sebab-sebab
Urbanisasi
1.) Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk
meninggalkan daerah kediamannya (Push factors)
2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik
penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota (pull factors)
·
Hal – hal
yang termasuk push factor antara lain :
a.
Bertambahnya
penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b.
Terdesaknya
kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
c.
Penduduk
desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang ketat
sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d.
Didesa tidak
banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
e.
Kegagalan
panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau
panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain
dikota.
·
Hal – hal
yang termasuk pull factor antara lain :
a.
Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk
mendapatkan penghasilan
b.
Dikota lebih
banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri
kerajinan.
c.
Pendidikan
terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d.
Kota dianggap
mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan
dengan segala macam kultur manusianya.
e.
Kota memberi
kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk
mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep masyarakat dan
sosial budaya masyarakat Indonesia dalam hal ini Batak, Aceh dan Minagkabau memiliki karakteristik masing-masing. Setiap
daerah tersebut memiliki identifikasi, pola bentuk desa dan rumah, mata
pencarian, sistem kekerabatan, masyarakat dan sistem kemasyarakatan serta
sistem religi yang berbeda-beda.
kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah
pendorong atau sumber kekuatan untuk
mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun
diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang
kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan
Nasional negara ini, kesenjangan Sosial,
yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan
yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral )
hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut
diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan
dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita
berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi
dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka
adalah tempat yang aman, tenang dan
berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yang serba
boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi
kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota menjadi
masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya
manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju
bahkan cenderung tertinggal.
DAFTAR PUSAKA
Koentjaraningrat dkk.2002.Manusia dan kebudayaan di Indonesia.Jakarta :djambatan
Ahmadi , abu . 2003 .Ilmu sosial dasar . Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar